Wabah Coronavirus Mampu Ubah Dinamika Ekonomi Tiongkok, Pasar Asia Mencoba Bangkit

853
sumber gambar : wikipedia

(Vibiznews – Index) – Pasar saham Asia mengikuti Wall Street bergerak lebih tinggi pada hari Selasa bahkan ketika keraguan tumbuh tentang seberapa cepat pabrik-pabrik China dapat kembali bekerja mengingat coronavirus terus menyebar dan kematian meningkat.

Jumlah total kematian di China telah mencapai 1.000 orang, jauh melampaui jumlah korban dari SARS, yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.

Investor tampaknya berharap untuk yang terbaik. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,9%, sedangkan Shanghai blue chips (indeks CSI300) menguat 1 persen.

Indeks utama Jepang, Nikkei 225 ditutup untuk liburan, meskipun indeks Nikkei di bursa berjangka diperdagangkan 0,7% lebih tinggi. Indeks utama Eropa naik 0,7% dan indeks utama Inggris juga naik 0,6 persen.

Keuntungan datang bahkan ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penyebaran coronavirus di antara orang-orang yang belum pernah ke China bisa menjadi “percikan api yang menjadi api yang lebih besar”.

Di China, pabrik-pabrik dinilai pulih dengan lambat setelah dibuka kembali dari liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang, menyebabkan para analis di JPMorgan kembali menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan kuartal ini. Wabah coronavirus benar-benar telah mengubah dinamika ekonomi Tiongkok.

Para analis di JP Morgan berasumsi penularannya akan mencapai puncaknya pada bulan Maret dan pabrik-pabrik akan perlahan-lahan melanjutkan operasinya pada bulan ini. Dalam hal ini, pertumbuhan akan akan lebih rendah dari 1% di kuartal pertama, sebelum rebound ke 9,3% di kuartal kedua.

Jika penularannya tidak mencapai puncaknya hingga April, pertumbuhan bisa berubah negatif pada kuartal pertama, dan akan rebound selama kuartal kedua dan ketiga, kata analis JPMorgan.

Analis di Nomura mengatakan langkah-langkah arus migrasi di China menyarankan virus itu memiliki “dampak buruk pada ekonomi China pada Januari dan Februari.”

“Kami khawatir bahwa pasar global sejauh ini tampaknya secara signifikan meremehkan tingkat gangguan yang ditimbulkan oleh virus,” tulis mereka dalam sebuah catatan.

Risikonya sedemikian rupa sehingga investor bertaruh pada lebih banyak stimulus dari Beijing, sementara sejumlah bank sentral lainnya berada di bawah tekanan untuk melindungi ekonomi mereka dengan pinjaman yang lebih murah.

Ketua Fed Jerome Powell muncul untuk memulai dua hari menyeampaikan laporan pertanggungjawabannya di hadapan Kongres pada hari Selasa dan diharapkan untuk mengulangi bahwa ekonomi AS baik-baik saja tetapi suku bunga dapat tetap rendah mengingat inflasi yang lemah.

Kinerja relatif terbaik pada ekonomi AS yang mendukung nilai tukar dolar, dimana euro tergelincir ke level terendah empat bulan pada $ 1,0906 per dolar AS. Nilai pound Inggris GBP = menyentuh terendah dua bulannya yaitu di level  $ 1.2870.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar kembali berada pada level tertinggi sejak pertengahan Oktober yaitu di level 98.858.

Dolar menguat terhadap yen Jepang dan terakhir berada di level 109,81 per dolar AS.

Penghindaran risiko pada awalnya membantu mengangkat emas ke level tertinggi selama seminggu, namun menguatnya dolar menariknya kembali turun 0,25% menjadi $ 1,5768,61 per ons troi.

Harga minyak melambung sedikit dalam beberapa minggu terakhir, karena para pedagang menunggu untuk melihat bagaimana tingkat perubahan permintaan dari China yang mungkin terjadi dan apakah OPEC bisa setuju untuk memangkas pasokan dari anggota-anggotanya.

Minyak mentah Brent LCOc1 di bursa berjangka menguat 72 sen menjadi $ 53,99 per barel, sementara minyak mentah AS CLc1 naik 58 sen menjadi $ 50,15 per barel.

Selasti Panjaitan/Vibiznews
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here