Yield Obligasi Pemerintah Jumat Masih Naik, Investor Asing Memilih Saham dan Likuiditas

925
Vibizmedia Photo, Investing

(Vibiznews – Bonds) – Imbal hasil (yield) obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau masih menanjak sebesar 16 bps, di hari ke-5-nya, pada perdagangan akhir pekan Jumat sore ini (3/4) menjadi 8,205%. Pergerakan ini menunjukkan harga obligasi masih terkoreksi ditinggalkan investor global karena masih banyak investor yang memilih likuiditas cash, terutama dalam USD, di tengah resesi global yang membayangi perekonomian dunia.

Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang menurun. Pada awal tahun, kepemilikan asing tercatat Rp 1.063,29 triliun dan per 30 Maret adalah Rp 930,71 triliun.

Analis Vibiz Research Center melihat rebound IHSG hari ini menunjukkan investor menyempatkan memilih saham yang sudah terkoreksi dalam, termasuk kelompok saham blue chip. IHSG Jumat ini (3/4) terpantau menguat tajam 2,02% atau 91,744 poin ke level 4.623,429, sedangkan bursa saham kawasan Asia umumnya bergerak agak terbatas setelah harga minyak dunia memangkas lonjakan harga sebelumnya.

Menurut Investing.com per sore ini, tingkat yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun: 8,205%; tenor 5 tahun: 7,477%; dan tenor 3 tahun: 6,898%. Rata-rata kenaikannya secara ytd untuk tenor 10 tahun adalah 2,07%.

Sebagaimana diketahui, yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena itu sudah mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Kenaikan yield menunjukkan turunnya harga obligasi pemerintah karena gerak antara yield dan harga obligasi berlawanan. Harga obligasi yang turun mencerminkan risiko tinggi, maka yield akan naik. Sebaliknya, yield turun mencerminkan harga obligasi yang naik.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here