Investor Asing Melepas Obligasi se-Asia pada Maret; Indonesia Justru Sedang Rebound

924

(Vibiznews – Bonds) – Obligasi dari negara-negara Asia mencatat arus keluar modal asing yang terbesar dalam setidaknya tujuh tahun terakhir pada bulan Maret, karena investor asing berbalik menjauhi risiko oleh kekhawatiran atas wabah coronavirus dan mengejar aset aman seperti dolar AS dan instrumen pasar uang.

Dilansir dari The Star (13/4), para investor asing dilaporkan telah melepas obligasi regional Asia senilai $17,28 miliar bulan lalu, angka tertinggi sejak Januari 2013, menurut data dari bank regional dan asosiasi pasar obligasi di Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan India.

Surat utang India membukukan arus keluar terbesar, senilai $8,13 miliar di bulan Maret, dan merupakan yang tertinggi sejak setidaknya Januari 2002, data menunjukkan.

Sementara itu, obligasi Indonesia mencatat aliran dana keluar senilai $7,44 miliar (sekitar Rp116,8 triliun dalam Rp15.700/$), yang terbesar dalam setidaknya 10 tahun. Sedangkan, obligasi Malaysia dan Thailand masing-masing mengalami aliran keluar senilai $2,85 miliar dan $2,45 miliar.

Para analis mengatakan bahwa arus dana keluar itu didorong oleh penyebaran cepat virus corona dan kekhawatiran akan terpukuplnya pertumbuhan ekonomi Asia, dengan banyak pabrik yang tutup dan layanan jasa terganggu di seluruh kawasan.

India dan negara-negara Asia Selatan lainnya kemungkinan akan mencatat kinerja pertumbuhan terburuk mereka dalam empat dekade di tahun ini karena wabah virus corona, Bank Dunia menyatakannya pada Minggu (12/4).

Di tempat lain, head of Asia research di ANZ Banking Group, menyatakan “Dengan tingkat ketidakpastian yang masih tinggi, kami perkirakan aliran portofolio akan tetap volatile (di kawasan),” demikian dilansir dari The Star.

Analis Vibiz Research Center melihat untuk Indonesia saat ini sangat mungkin justru sedang terjadi pembalikan pasar, atau rebound. Penguatan rupiah belakangan ini, yang mencapai lebih dari 3% dalam seminggu, menunjukkan arus dana asing yang kembali masuk. Langkah-langkah Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang antisipatif, seperti penerbitan obligasi global total US$4,3 miliar pekan lalu dan mendapat repo line dari The Fed senilai US$60 miliar, telah mengembalikan kepercayaan pasar uang global kepada Indonesia.

Penguatan mata uang rupiah seminggu ini dan IHSG dalam 3 minggu lebih terakhir, dapat menjadi momentum yang baik bagi pasar obligasi Indonesia. Per Selasa pagi ini (14/4) yield obligasi Pemerintah Indonesia 10 tahun tercatat 8.083% dan cenderung menurun dalam seminggu belakangan, menunjukkan munculnya tren kenaikkan harga dan permintaan kepada obligasi negara di pasar internasional.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here