(Vibiznews – Economy & Business) Dampak dari penutupan ekonomi akibat coronavirus menekan pasar tenaga kerja AS pada bulan April, memangkas 20,5 juta pekerja dari daftar non farm payroll dan membuat tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7%, demikian Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (08/05).
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan penurunan 21,5 juta dan tingkat pengangguran naik menjadi 16%. Tingkat pengangguran April melampaui rekor pasca-perang 10,8% tetapi kurang dari Depresi Hebat yang diperkirakan 24,9%. Puncak krisis keuangan adalah 10% pada Oktober 2009.
Ukuran yang lebih luas yang mencakup mereka yang tidak mencari pekerjaan serta mereka yang memiliki pekerjaan paruh waktu karena alasan ekonomi juga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 22,8%. Angka itu mungkin gambaran yang lebih akurat tentang situasi pekerjaan saat ini karena jutaan pekerja dibayar untuk tinggal di rumah dan karenanya tidak mau atau tidak mampu mencari pekerjaan baru.
Lonjakan tingkat pengangguran nyata mencerminkan penurunan tingkat partisipasi tenaga kerja menjadi 60,7%, level terendah sejak 1973.
Secara keseluruhan, daftar pengangguran naik menjadi 23,1 juta, melonjak 15,9 juta selama bulan Maret.
Lompatan pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagian besar disebabkan oleh PHK paruh waktu. Mereka yang mengatakan kehilangan pekerjaan untuk sementara waktu melonjak menjadi 18,1 juta, sementara mereka yang melaporkan kerugian permanen naik tiga kali lipat, dari 544.000 menjadi 2 juta.
Pekerja penuh waktu turun 15 juta untuk bulan ini sementara pekerja paruh waktu turun 7,4 juta.
Seperti yang dipekirakan, pukulan terbesar adalah industri hiburan dan perhotelan, yang kehilangan 7,7 juta pekerja, 5,5 juta di antaranya berasal dari perusahaan makan dan minum.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting