Pandemi Global Membawa Perubahan Properti Hunian Masa Depan; Bagaimana Arahnya?

854
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Property) – Pandemi virus corona telah mengubah lingkungan dan ruang hunian kita. COVID-19 ini, selain mengubah bagaimana rumah sebaiknya dibangun, dirancang dan dipelihara di masa depannya, kemungkinan besar akan membentuk kembali industri properti secara keseluruhannya. Ketika masyarakat menata ulang karier dan gaya hidup mereka untuk beradaptasi dengan new normal, banyak orang juga akan mempertimbangkan kembali definisi rumah hunian bagi mereka.

Dilansir dari media global Forbes belum lama ini (4/6), pandangan dari Jennifer Anderson, Forbes Councils Member, bertajuk “Four Ways The Global Pandemic Could Reshape U.S. Real Estate” mungkin dapat menjadi referensi bagi pelaku dan pemerhati properti di Tanah Air. Sekalipun ini lebih mengacu kepada pasar Amerika, tetapi mengingat pandemi bersifat global, ini tetap dapat dipandang sebagai acuan. Berikut tulisan selanjutnya dengan editing yang relevan.

Masa depan tetap penuh dengan ketidakpastian, tetapi semakin terbiasa kita hidup dengan dampak COVID-19, semakin jelas terlihat arah masa depan kepemilikan rumah hunian. Ketika dunia saat ini mulai membuka kembali ekonominya, berikut adalah beberapa kemungkinan perubahan yang perlu dipertimbangkan oleh baik pembeli maupun penjual rumah.

1. Anda akan tinggal lebih lama di satu rumah.

Terlihat berbagai fasilitas penopang hidup usia tua, termasuk panti jompo, telah terpukul keras oleh wabah COVID-19, sehingga kemungkinannya generasi baby boomer usia tua dan generasi berikutnya cenderung memilih untuk hidup mandiri lebih lama. Ini tidak hanya berdampak naiknya permintaan fitur yang memberikan fasilitas bagi keluarga dengan beberapa generasi; tetapi juga dapat mengubah cara konsumen membiayai rumah mereka.

Generasi Millenial yang cenderung lambat dalam membeli rumah pertama mereka, mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk membeli rumah pada pasca-pandemi. Kemungkinannya mereka akan menabung untuk uang muka yang lebih besar agar mendapatkan rumah lebih luas yang menawarkan ruang lebih fleksibel untuk pertumbuhan bersama keluarga mereka.

Pada 2018 (di AS), pembeli rumah rata-rata menghabiskan waktu 13,3 tahun untuk tinggal di satu rumah. Namun, karena semakin banyak orang bergeser kepada bekerja jarak jauh dengan sedikit kemungkinan untuk bepergian atau pindah kerja, orang-orang dari segala tingkatan usia cenderung akan tinggal bersama di satu rumah lebih lama. Karena bertambah lama konsumen berencana menghabiskan waktu di rumahnya, ini menjadi faktor penting dalam memutuskan jenis pembiayaan KPR yang diperlukan juga sesuai dengan kebutuhannya.

  1. Anda mungkin lebih bergantung pada agen

    Sementara beberapa agen real estat telah bekerja menjalani transformasi digital pada tahun-tahun sebelum pandemi, di tempat lain masih banyak transaksi properti yang sarat dengan kertas. Meskipun sebagian besar calon pembeli masih lebih suka untuk mengunjungi unit secara langsung, tetapi pertunjukan secara virtual tetap merupakan langkah perantara yang menguntungkan bagi pihak pembeli dan penjual.

    Teknologi seperti augmented dan virtual reality telah menyelamatkan sebagian industri real estat selama regulasi social distancing yang ketat. Perangkat ini nampaknya akan terus bertahan karena telah terbukti nyaman dan efisien. Agen real estat besar akan mulai mengintegrasikan teknologi ini untuk mendigitalkan penjualan dan meningkatkan pengalaman konsumen mereka.

    Dengan nilai kesehatan dan keselamatan yang dipandang lebih penting daripada sebelumnya, pembeli rumah akan menghubungi agen untuk menggali informasi yang lebih berharga, tidak hanya untuk inspeksi rumah yang mau dibeli. Di masa depan, seorang agen yang professional tidak hanya akan dapat memberi saran kepada konsumen mereka tentang aspek lingkungan seperti perubahan iklim; tetapi juga akan dapat membantu kliennya dalam memahami dampak epidemiologis dan ekonomi dari datangnya pandemi masa depan.

  2. Anda mungkin akan berpindah ke pinggir kota

    Adanya pertambahan lapangan kerja dan ekonomi yang kuat telah membuat hidup di kota lebih menarik dalam beberapa tahun terakhir, namun ternyata daerah-daerah padat seperti New York City termasuk yang paling terpukul oleh COVID-19. Sebelum pandemi, banyak orang suka kondominium bertingkat tinggi untuk kenyamanan, keamanan dan fasilitas mereka; namun, sistem sharing pada pipa ledeng dan ventilasi gedung-gedung tinggi dapat menularkan virus seperti COVID-19 dan SARS dengan kecepatan yang lebih tinggi.

    Kota-kota mungkin akan terlihat berbeda, pada paska-pandemi. Pergeseran global kepada bekerja jarak jauh dan transaksi e-commerce kemungkinannya akan membutuhkan lebih banyak lahan industri (dan lebih sedikit lahan komersial). Dengan berkurangnya kehidupan malam khas kota – menonton pertunjukan dan makan di luar – banyak warga kota akan menumbuhkan apresiasi yang lebih besar untuk pengalaman luar ruangan seperti hiking – dan mempertimbangkan lagi kehidupan di pinggir kota (suburban) dan bahkan pedesaan. Dengan semakin banyaknya orang yang bekerja dari rumah, mereka juga akan menginginkan ruangan lebih luas, yang lebih tersedia dan terjangkau di daerah pinggiran kota dan pedesaan.

  3. Anda mungkin akan membeli rumah kedua

    Selama wabah virus corona terjadi di kota-kota besar, mereka yang memiliki rumah kedua dapat mencari tempat perlindungan di lokasi yang lebih aman dengn penduduk lebih sedikit. Ini dipandang berharga selama masa penutupan sementara hotel dan penginapan jangka pendek. Mereka yang berjaga-jaga dengan perjalanan internasional setelah pandemi ini juga mungkin menemukan bahwa rumah kedua untuk liburan domestik akan lebih menarik.

Pada akhirnya, penelitian menunjukkan bahwa sekalipun pandemi ini telah membuat jeda sementara, pasar perumahan tetap bersifat tahan lama. Sementara orang tentu saja membeli properti hunian sebagai investasi yang sehat, rumah akan selalu menjadi kebutuhan utama, sekalipun ada pergerakan perubahan di pasar. COVID-19 ini tidak akan menghentikan aktivitas pembelian dan penjualan rumah, tetapi ini akan mengubah tentang bagaimana, di mana, kapan dan mengapa kita membeli hunian.

Analis Vibiz Research Center melihat bahwa pandemic virus telah dan akan mengubah preferensi konsumen properti dan karenanya industri properti secara keseluruhannya. Apa yang diprakirakan akan terjadi di Amerika, bisa juga terjadi di sini. Nampaknya rumah tapak akan semakin lebih diminati, dengan didukung oleh ruang dan fasilitas yang memadai untuk bekerja dari rumah dan kebersamaan satu keluarga besar. Permintaan properti retail, komersial, juga perkantoran di kota-kota besar kemungkinan akan terkoreksi ketika bekerja dan pertemuan secara virtual semakin menjadi biasa dilakukan. Bagaimanapun, masih perlu waktu untuk melihat akan seberapa besar perubahan ini bisa terjadi. Tentunya untuk hari-hari ini diharapkan kondisi new normal segera membangkitkan kembali industri properti di negeri kita.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here