Analisis Fundamental Yen Jepang dalam USDJPY Periode 15 – 19 Juni 2020

519

(Vibiznews – Forex) – Pergerakan pair USDJPY pekan lalu menunjukkan volatilitas yang kuat, dimana pair sempat jatuh ke posisi terendah lebih dari sebulan perdagangan oleh kuatnya sentimen perdagangan safe haven. Secara mingguan pair mencetak bearish pertama kali setelah 4 pekan sebelumnya bullish kuat.

Fundamental Pekan Lalu.
Dari sisi data ekonomi Jepang pekan lalu, sangat mengecewakan dengan data PDB untuk kuartal pertama berkontraksi sebesar 2,2% yang sekaligus menandakan perekonomian negeri tersebut dalam resesi. Kemudian dalam data Surplus transaksi berjalan negara itu menyempit menjadi 0,25 triliun yen, turun tajam dari 0,94 triliun yen sebelumnya. Ini menandai surplus terkecil sejak 2014. Selain itu, Indeks Survei Bisnis merosot ke -54, yang mengindikasikan pesimisme mendalam di sektor manufaktur..

Kemudian dari sisi data ekonomi Amerika Serikat, data inflasi konsumen mencatat penurunan ketiga berturut-turut, karena ekonomi AS yang lemah tidak menghasilkan inflasi apa pun. Dalam kebijakan bank sentral AS, The Fed tidak melakukan perubahan pada suku bunga acuan dan mengindikasikan bahwa  tidak akan mengubah suku bunga dari tingkat yang sangat rendah sebelum tahun 2022. Kemudian data  Inflasi Harga Produsen mixed dengan naik 0,4%, sementara untuk indeks PPI inti turun 0,1 persen. Untuk data klaim pengangguran,  terus menurun dengan jatuh ke 1,54 juta minggu lalu atau turun dari 1,87 juta sebelumnya.

Fundamental Pekan ini
Investor akan mengawasi beberapa momentum, seperti Bank Jepang akan merilis pernyataan kebijakannya pada hari Selasa (16/06) dimana BOJ akan mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah di wilayah negatif. kemudian di AS akan mempublikasikan data penjualan ritel yang diperkirakan meningkat dari periode sebelumnya yang tercatat kontraksi.

Selain menunggu rilis data ekonomi yang penting diatas, pekan ini terdapat momentum Ketua Fed Jerome Powell akan bersaksi di depan dua komite kongres terkait kondisi moneter dan aplikasi kebijakannya dalam perekonomian Amerika Serikat.

Penggerak fundamental berikutnya perlu diperhatikan bangkitnya kekhawatiran tentang gelombang kedua kasus coronavirus. Berita terbaru, pemerintah China  kembali melakukan lockdown sebagian wilayah ibu kotanya dimana setidaknya ada 11 residensial di selatan Beijing. Demikian juga di Jepang,  Tokyo melaporkan 47 kasus virus korona baru, jumlah terbesar sejak 5 Mei setelah melonggarkan pembatasan penguncian.

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here