BI Rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (19 Juni); Inflasi Juni Akan Rendah

640
Filianingsih Hendarta Lulus Fit and Proper Test Calon Deputi Gubernur BI
Photo: Vibizmedia

(Vibiznews – Economy) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian dirilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (19/6).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :

A)   Perkembangan Nilai Tukar 15-18 Juni 2020

Pada akhir hari Kamis, 18 Juni 2020

  1. Rupiah ditutup menguat pada level Rp14.010 per dolar AS.
  2. YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun  ke 7,13%.
  3. DXY menguatke level 97,42.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naikke level 0,708%.

Pada pagi hari Jumat, 19 Juni 2020

  1. Rupiah dibuka pada level  020 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik di 7,15%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Juni 2020)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 124,20 bps per 18 Juni 2020 dari 129,71 bps per 12 Juni 2020.
  2. Berdasarkan data transaksi 15-18 Juni 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,09 triliun, dengan jual neto di pasar saham sebesar Rp2,15 triliun dan beli neto di pasar SBN sebesar Rp1,06 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp142,16 triliun.

 

B)   Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Juni 2020, inflasi Juni 2020 diperkirakan sebesar 0,02% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2020 secara tahun kalender sebesar 0,93% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,79% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar 0,13% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,04% (mtm), bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi, antara lain bawang putih -0,04% (mtm), cabai merah -0,03% (mtm), tarif angkutan udara -0,03% (mtm), cabai rawit, jeruk dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02% (mtm); serta minyak goreng dan gula pasir masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

“BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (19/6).

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here