(Vibiznews-Forex) – Sebagai aset safe haven, yen Jepang lebih unggul terhadap dolar AS hingga masuki perdagangan forex akhir pekan sesi Eropa hari Jumat (24/7/2020),. Sentimen pasar yang suram merespon berita meningkatnya kasus baru terinfeksi covid -19 dan juga tensi ketegangan AS-China, membuat pasar memburu aset safe haven yang merugikan pair.
Posisi dolar AS melemah merespon meningkatnya kasus baru harian terinfeksi covid-19 di Amerika Serikat pada hari Kamis dengan menambahkan 69 ribu lebih kasus baru setelah sebelumnya rekor 71 ribu kasus baru. Demikian juga semalam terpukul oleh rilis data ekonomi yang mengecewakan untuk klaim pengangguran dan juga CB leading index, sehingga indeks dolar kini berada di posisi terendah 1,5 tahun.
Sentimen safe haven meningkat setelah pemerintah China membalas perlakukan AS dengan menutup kantor konsulat di Chengdu. Sebelumnya pihak Washington menutup kantor konsulat China di Houston. Kondisi ini semakin meningkatkan tensi ketegangan AS vs China yang sedang berlangsung.
Pair USDJPY yang ditutup bearish pada sesi Amerika dengan pelemahan 0,31% pada posisi 106.85 dibuka lebih rendah pada sesi Asia di posisi 106.80. Kemudian pair bergerak bearish hingga perdagangan sesi Eropa sore ini.
Untuk pergerakan selanjutnya pasar disajikan rilis data flash PMI manufaktur dan service kawasan Eropa yang menunjukkan hasil data yang optimis. Dan pada penutupan di sesi Amerika terdapat rilis data flash PMI yang sama dengan data yang yang diperkirakan lebih positif dari sebelumnya. Tampaknya kekuatan data PMI di Kawasan Eropa tidak mengubah minat pemburuan safe haven.
Secara teknikal menurut analyst Vibiz Research Center pair USDJPY akan bearish, dan kini pair berada di posisi 106.18 yang berada pada kisaran support lemahnya. Selanjutnya pair akan turun ke posisi 106.10 sebelum menuju kisaran 106.00-105.50. Namun jika terjadi koreksi akan mendaki menuju 106.55, jika tembus akan mendaki ke posisi 106.90 sebagai resisten kuat.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting