(Vibiznews – Bonds) – Imbal hasil (yield) obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik tipis 1,0 bps pada perdagangan Senin sore ini (10/8) menjadi 6,797%. Pergerakan ini merupakan koreksi tipis pada harga obligasi Pemerintah yang dalam tren menguat secara bertahap selama 4 minggu lebih terakhir ini, didorong minat investor yang masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) Indonesia karena menawarkan tingkat yield yang masih lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya, walaupun secara berhati-hati di tengah ketidakpastian pasar.
Menjelang pemerintah melelang tujuh seri SBN pada Selasa besok, acapkali investor cenderung melepas SBN agar yield naik. Ini disebabkan yield di pasar sekunder akan menjadi patokan dalam penentuan kupon saat lelang, dimana diharapkan investor penetapan kupon di pasar perdana besok akan lebih menarik. Dengan demikian, kemungkinan kenaikan yield ini sebagai pergerakan pasar secara berkala yang normal.
Analis Vibiz Research Center melihat untuk IHSG hari Senin di akhir sesi ini, terpantau menguat 13,941 poin (0,27%) ke level 5.157,834, sedangkan bursa saham kawasan Asia umumnya mixed di tengah tensi AS – China yang sedang memanas menjelang pertemuan dagang kedua negara. Sedangkan, rupiah sore ini melemah 0,15% atau 22 poin ke level Rp 14.647.
Menurut data per petang ini, tingkat yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 1,0 bps ke level 6,797%; tenor 5 tahun naik 0,1 bps ke level 5,881%. Menunjukkan harga SBN cenderung menguat sejak tanggal 6/7 lalu, saat yield ID 10Y T-BOND berada di level 7,247%, atau dalam 4 minggu lebih terakhirnya.
Sebagaimana diketahui, yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena itu sudah mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Kenaikan yield menunjukkan turunnya harga obligasi pemerintah karena gerak antara yield dan harga obligasi berlawanan. Harga obligasi yang turun mencerminkan risiko tinggi, maka yield akan naik. Sebaliknya, yield turun mencerminkan harga obligasi yang naik.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido