Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (25 September); Rupiah Kembali Terkoreksi

561
rupiah dolar
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian dirilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini, (25/9).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A)   Perkembangan Nilai Tukar 21-24 September2020

Pada akhir hari Kamis, 24 September 2020 

  1. Rupiah ditutup pada level (bid)845 per dolar AS.
  2. YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun stabil di level 6,88%.
  3. DXY menguat ke level 94.35.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 0,666%.

Pada pagi hari Jumat, 25 September 2020

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.840 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun stabil di level 6,89%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV September 2020)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun naik ke 116,04 bps per 24 September 2020 dari 91,55 bps per 18 September 2020.
  2. Berdasarkan data transaksi 21-24 September 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,62 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp1,06 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,68 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp167,44 triliun.

 

B)   Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2020, perkembangan harga pada bulan September 2020 diperkirakan inflasi sebesar 0,01% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2020 secara tahun kalender sebesar 0,95% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,48% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas minyak goreng sebesar 0,02% (mtm), bawang putih dan cabai merah masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,04% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,02% (mtm), bawang merah sebesar -0,02% (mtm), jeruk, cabai rawit, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (25/9).

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here