(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini, (2/10).
Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
Perkembangan Nilai Tukar 28 September – 1 Oktober 2020
Pada akhir hari Kamis, 1 Oktober 2020
- Rupiah ditutup pada level (bid)820 per dolar AS.
- YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,90%.
- DXY melemah sebesar 0,98% ke level 93,71%.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 0,677%.
Pada pagi hari Jumat, 2 Oktober 2020
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.800 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun stabil pada 6,89%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Oktober 2020)
- Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 109,28 bps per 1 Oktober 2020 dari 117,26 bps per 25 September 2020.
- Berdasarkan data transaksi 28 September – 1 Oktober 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp1,03 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp2,46 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp1,43 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp173,83 triliun.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (2/10).
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido
