Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (13 November); Modal Asing Masuk Rp7 Triliun

554
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (13/11).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A)   Perkembangan Nilai Tukar 9 -12 November 2020

Pada akhir hari Kamis, 12 November 2020 

  1. Rupiah ditutup pada level (bid)140 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,30%.
  3. DXY menguat ke level 92,97.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 0,882%.

Pada pagi hari Jumat, 13 November 2020

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.140 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik menjadi 6,31%.

Aliran Modal Asing (Minggu II November 2020)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 72,68 bps per 12 November 2020 dari 81,63 bps per 6 November 2020.
  2. Berdasarkan data transaksi 9 -12 November 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp7,18 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,71 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,47 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp145,75 triliun.

 

B)   Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II November 2020, perkembangan harga pada bulan November 2020 diperkirakan inflasi sebesar 0,21% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2020 secara tahun kalender sebesar 1,17% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,53% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,08% (mtm), cabai merah sebesar 0,03% (mtm), telur ayam ras dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta cabai rawit, minyak goreng, tomat dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas tarif angkutan udara dan emas perhiasan masing-masing sebesar   -0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (13/11).

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here