Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (21 Mei); Rupiah Menguat Kembali

610
NIlai Rupiah
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (21/5).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A) Perkembangan Nilai Tukar 17-21 Mei 2021

Pada akhir hari Kamis, 20 Mei 2021

  1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.370 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,49%.
  3. DXY melemah ke level 89,81.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 1,625%.

Pada pagi hari Jumat, 21 Mei 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.330 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun turun di level 6,46%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Mei 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 77,45 bps per 20 Mei 2021 dari 76,11 bps per 14 Mei 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 17 – 20 Mei 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,48 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp0,89 triliun, dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,59 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp13,23 triliun.

 

B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Mei 2021, perkembangan harga pada minggu III Mei 2021 masih relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,33% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Mei 2021 secara tahun kalender sebesar 0,91% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,69% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi Mei 2021 sampai dengan minggu ketiga yaitu komoditas angkutan antarkota sebesar 0,11% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,07% (mtm), daging sapi 0,03% (mtm), jeruk, minyak goreng, emas perhiasan masing-masing sebesar 0,02% (mtm), kelapa, kangkung bayam, kentang, udang basah, ikan tongkol dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit sebesar -0,04% (mtm), cabai merah sebesar -0,03% (mtm), dan telur ayam ras sebesar -0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here