(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (28/5).
Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A) Perkembangan Nilai Tukar 24-28 Mei 2021
Pada akhir hari Kamis, 27 Mei 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.285 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,42%.
- DXY stabil ke level 89,97.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 1,60%.
Pada pagi hari Jumat, 28 Mei 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.285 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun stabil di level 6,42%.
Aliran Modal Asing (Minggu IV Mei 2021)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 75,81 bps per 27 Mei 2021 dari 77,69 bps per 21 Mei 2021.
- Berdasarkan data transaksi 24 – 27 Mei 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp6,13 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp5,45 triliun, dan beli neto di pasar saham sebesar Rp0,69 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp12,29 triliun.
B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Mei 2021, perkembangan harga pada minggu IV Mei 2021 masih relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,28% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Mei 2021 secara tahun kalender sebesar 0,86% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,64% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Mei 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas angkutan antarkota sebesar 0,09% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,06% (mtm), daging sapi dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% (mtm), jeruk dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02% (mtm), kelapa, kangkung, kentang, bayam, udang basah, ikan tongkol, ikan kembung dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit dan cabai merah masing-masing sebesar -0,05% (mtm), serta telur ayam ras sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido