Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (25 Juni); Pasar Keuangan Beli Neto Rp5,3 T

668
Photo: Vibizmedia

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (25/6).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A) Perkembangan Nilai Tukar 21 –25 Juni 2021

Pada akhir hari Kamis, 24 Juni 2021

  1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.435 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,54%.
  3. DXY melemah ke level 91,81.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,492%.

Pada pagi hari Jumat, 25 Juni 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.400 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun turun ke level 6,53%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV Juni 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 72,91 bps per 24 Juni 2021 dari 73,79 bps per 18 Juni 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 21– 24 Juni 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp5,32 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,04 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,28 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp10,36 triliun.

 

B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Juni 2021, perkembangan harga pada minggu IV Juni 2021 masih relatif terkendali dan diperkirakan deflasi 0,11% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2021 secara tahun kalender sebesar 0,79% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,38% (yoy).
  2. Penyumbang utama deflasi Juni 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai merah -0,10% (mtm), daging ayam ras -0,08% (mtm), tarif angkutan antarkota -0,06% (mtm), cabai rawit -0,04% (mtm), bawang merah -0,02% (mtm), daging sapi, kelapa, tomat, udang basah dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami inflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,03% (mtm) emas perhiasan sebesar 0,02% (mtm) minyak goreng, sawi hijau, kacang panjang, nasi dengan lauk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here