(Vibiznews – Bond & Mutual) Dalam press conference yang dilakukan secara virtual melalui Zoom, Kamis (08/07/2021), Pefindo memberikan update perkembangan pasar surat utang korporasi di Indonesia.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra menyampaikan bahwa penerbitan surat utang korporasi (baik listed dan non-listed) hingga semester I- 2021, lebih tinggi dibanding periode yang sama di 2020. Hingga semester I-2021, penerbitan listed mencapai Rp42,41 triliun (sementara periode yang sama pada 2020 mencapai Rp29,28 triliun). Sedangkan penerbitan non-listed hingga semester I-2021 mencapai Rp0,95 triliun (sementara penerbitan untuk periode yang sama di 2020 mencapai Rp0,75 triliun).
Penerbitan sekuritisasi hingga semester I-2021 mengalami penurunan menjadi Rp0,6 triliun ( dari Rp1,1 triliun di periode yang sama pada 2020). Jika dilihat dari jumlah emiten obligasi korporasi maka jumlah penerbit obligasi korporasi meningkat menjadi 28 perusahaan hingga semester I-2021 (dari 27 perusahaan di periode yang sama di 2020). Salyadi mengatakan, penerbitan obligasi korporasi pada semester I/2021 menunjukkan puncaknya pada periode Maret-April lalu. Hal tersebut terjadi seiring dengan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.
Sedangkan sektor perbankan dan multifinance masih mendominasi jumlah emiten outstanding, dimana total outstanding obligasi korporasi hingga semester I/2021 adalah sebanyak Rp495,98 triliun yang terdiri dari 141 emiten.
Salyadi Saputra juga mengatakan untuk tingkat gagal bayar tertinggi sampai dengan tahun 2012 adalah sektor Non-FI (3,74%). Tingkat gagal bayar Non-FI (Financial Institution) sampai dengan tahun 2020 dan sampai dengan Juni 2021 masing-masing adalah sebesar 2,20% dan 2,52%. Kemudian tingkat gagal bayar FI (Financial Institution) pertama kali di tahun 2017 (0,09%) dan terus meningkat di tahun 2018 (0,13%). Di tahun 2020 dan sampai dengan Juni 2021 menurun menjadi 0,10%.
Pada awal tahun 2021, PEFINDO memproyeksi penerbitan surat utang korporasi tahun 2021 akan berkisar antara Rp122,0 triliun sampai Rp159,0 triliun. Hal ini seiring dengan jumlah surat utang yang jatuh tempo di tahun yang sama, yang mencapai Rp125,4 triliun, ujarnya.