Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (20 Agustus); Rupiah Terkoreksi 2 Minggu

609
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (20/8).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A) Perkembangan Nilai Tukar 16 – 20 Agustus 2021

Pada akhir hari Kamis, 19 Agustus 2021

  1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.400 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,31%.
  3. DXY menguat ke level 93,57.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 1,243%.

Pada pagi hari Jumat, 20 Agustus 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.450 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik di level 6,32%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Agustus 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 72,64 bps per 19 Agustus 2021 dari 73,50 bps per 13 Agustus 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 16-19 Agustus 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,49 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp1,75 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,74 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp14,56 triliun.

 

B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Agustus 2021, perkembangan harga pada Agustus 2021 tetap relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,04% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Agustus 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,60% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi Agustus 2021 sampai dengan minggu ketiga yaitu komoditas minyak goreng sebesar 0,03% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit sebesar -0,05% (mtm), cabai merah sebesar -0,02% (mtm), kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, jeruk, emas perhiasan dan angkutan antarkota masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here