(Vibiznews – Index) Bursa Saham Korea Selatan berakhir pada level terendah hampir tujuh bulan pada hari Selasa, dengan kekhawatiran atas ketegangan perdagangan China-AS yang baru, risiko default utang AS dan inflasi membebani sentimen investor di seluruh Asia. Won berakhir datar, sementara imbal hasil obligasi naik.
Indeks KOSPI berakhir turun 57,01 poin, atau 1,89%, pada 2.962,17, penutupan terendah sejak 10 Maret. Indeks juga mencapai intraday low sejak 9 Maret sebelumnya, turun sebanyak 2,60%.
Penurunan utama adalah saham kapital besar teknologi, mengikuti penurunan tajam di Nasdaq semalam.
Raksasa chip Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing turun 1,37% dan 2,10%, sementara perusahaan platform Naver dan Kakao masing-masing merosot 3,01% dan 4,72%.
Orang asing adalah penjual bersih saham senilai 623,5 miliar won ($524,49 juta) di papan utama.
Won berakhir pada 1.188,7 per dolar, tidak berubah dari penutupan sebelumnya.
Dalam perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.188,8 per dolar, turun 0,4% dari hari sebelumnya, sementara dalam perdagangan forward non-deliverable kontrak satu bulannya tercatat pada 1.189,1.
Di pasar uang dan utang, berjangka Desember pada obligasi treasury tiga tahun tidak berubah di 109,24.
Imbal hasil obligasi treasury Korea 3-tahun yang paling likuid naik 1,6 basis poin menjadi 1,646%, sedangkan imbal hasil 10-tahun acuan naik 3,4 basis poin menjadi 2,284%.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Korea Selatan akan mencermati pergerakan bursa Wall Street hari ini, yang jika masih tertekan saham teknologi dan kekhawatiran ekonomi akan menekan bursa Wall Street dan juga bursa Korea Selatan. Namun sebaliknya jika terjadi aksi bargain hunting saham teknologi, akan menguatkan bursa AS dan juga bursa Korea Selatan.