(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (12/11).
Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A. Perkembangan Nilai Tukar 8 – 12 November 2021
Pada akhir hari Kamis, 11 November 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.260 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,16%.
- DXY menguat ke level 95,18.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,549%.
Pada pagi hari Jumat, 12 November 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.255 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,19%.
Aliran Modal Asing (Minggu II November 2021)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 84,27 bps per 11 November 2021 dari 79,58 bps per 5 November 2021.
- Berdasarkan data transaksi 8-11 November 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,79 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp2,39 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,39 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp16,01 triliun.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II November 2021, perkembangan harga pada November 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,25% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2021 secara tahun kalender sebesar 1,18% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,63% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi November 2021 sampai dengan minggu II yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,06% (mtm), minyak goreng sebesar 0,05% (mtm), cabai merah sebesar 0,04% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,02% (mtm), sabun detergen bubuk, emas perhiasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain tomat, bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting