Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (26 November 2021); Inflasi Rendah Terkendali

828
Rupiah melemah
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :

A. Perkembangan Nilai Tukar 22 – 26 November 2021
Pada akhir hari Kamis, 25 November 2021
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.265 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,18%.
3. DXY[1] menguat ke level 96,77.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,634%.

Pada pagi hari Jumat, 26 November 2021
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.280 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,17%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV November 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 79,88 bps per 25 November 2021 dari 76,96 bps per 19 November 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 22-25 November 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,29 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp1,77 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp0,48 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp18,59 triliun.

B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2021, perkembangan harga pada November 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,34% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2021 secara tahun kalender sebesar 1,27% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,72% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi November 2021 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,10% (mtm), minyak goreng sebesar 0,08% (mtm), cabai merah sebesar 0,06% (mtm), emas perhiasan sebesar 0,02% (mtm), sawi hijau, bayam, daging ayam ras, sabun detergen bubuk, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain bawang merah dan tomat masing masing sebesar -0,02% (mtm) dan -0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here