(Vibiznews – Economy & Business) – Menjadi anggota G20 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam 20 negara paling besar perekonomiannya di dunia, dimana Indonesia berada di urutan ke 16. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi global bersama dengan Tiongkok dan India.
Menjadi Presidensi G20 merupakan privilege bagi Indonesia, kesempatan pertama Indonesia menjadi Presidensi G20 merupakan momen yang sangat bersejarah menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. Hal ini berarti Indonesia dipandang menjadi negara yang sangat strategis di dunia.
Untuk itu, presidensi G20 menunjukkan tingkat resiliensi dan daya tahan Indonesia di tengah pandemi, sekaligus mempromosikan komitmen dan potensi Indonesia dalam mempratekkan kepemimpinan global.
“Inilah modal pertama kita yang jelas dilihat oleh banyak negara dan kita juga sadar akan keunggulan kita tersebut. Jadi kita memang dalam posisi confidence, dalam posisi ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari leader global ini,” ungkap Febrio dalam KONTAN Webinar “Presidensi G20 Manfaat bagi Indonesia dan Dunia” secara daring, Senin (06/12).
Mengusung tema “Recover Together Recover Stronger”, Presidensi Indonesia memberi pesan yang sangat dalam bagi global untuk bersama pulih dari pandemi. Terdapat tiga hal utama yang akan dibahas.
Pertama, kesehatan. Melalui Presidensi Indonesia, agenda kesehatan akan memastikan vaksinasi seluruh dunia akan merata. Febrio menyatakan, pemulihan ekonomi tidak akan mungkin terjadi bila vaksinasi antar satu negara berbeda.
“Katakanlah vaksinasinya ini sudah cukup satu negara, di Afrika tidak cukup, lahir varian baru seperti sekarang Omicron. Jadi tidak mungkin kita recover together. Inilah pesan yang harus kita dorong supaya semua negara melihat ini berarti vaksin harus merata,” jelas Febrio. Selain itu, dalam agenda kesehatan Presidensi Indonesia menginginkan adanya kesiapan global terhadap pandemi. Akan disepakati mekanisme bersama supaya pandemi dapat terdeteksi sehingga tidak akan menimbulkan dampak kepada manusia dan perekonomian yang besar.
Kedua, perubahan iklim. Dalam Presidensi akan dikoordinasikan pembiayaan perubahan iklim untuk mencegah kenaikan suhu global 1,5 hingga 2 derajat celcius, karena ini merupakan barang publik yang harus sama-sama dijaga.
“Mari kita kedepankan proyek-proyek yang sifatnya green lalu kita minta, kita tagih, kita bicarakan komitmen dari semua negara untuk membiayai proyek-proyek yang sifatnya sustainable dan hal ini akan sangat berdampak positif bagi pengurangan emisi global, dan juga memperlambat kenaikan dari global warming tersebut untuk kepentingan Indonesia, negara berkembang, dan global,” tandas Febrio.
Ketiga, perpajakan internasional. Untuk perpajakan internasional telah ada hasil dari G20 dan OECD yang telah disepakati saat Presidensi Itali yaitu Pilar Satu dan Pilar Dua. Pilar Satu terkait kesepakatan bahwa negara pasar dari perusahaan multinasional walaupun tidak memiliki Badan Usaha Tetap memiliki hak untuk menarik pajak perusahaan tersebut. Pilar Dua terkait minimum tax rate global untuk mengatasi penghindaran pajak dan memperbaiki tax base.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting