(Vibiznews – Economic & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 24 – 28 Januari 2022
Pada akhir hari Kamis, 27 Januari 2022
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.385 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,44%.
3. DXY[1] menguat ke level 97,26.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,799%.
Pada pagi hari Jumat, 28 Januari 2022
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.360 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik pada level 6,46%.
Aliran Modal Asing (Minggu IV Januari 2022)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 88,81 bps per 27 Januari 2022 dari 86,60 bps per 21 Januari 2022.
- Berdasarkan data transaksi 24-27 Januari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp5,34 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp5,32 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,02 triliun.
- Berdasarkan data setelmen s.d 27 Januari 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp2,34 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp5,72 triliun di pasar saham.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Januari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,53% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,53% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,15% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) sebesar 0,12% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,09% (mtm), tomat dan beras masing-masing sebesar 0,05% (mtm), telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03% (mtm), bawang merah sebesar 0,02% (mtm), cabai rawit, minyak goreng, jeruk, mie kering instan, bawang putih, kangkung, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah sebesar -0,05% (mtm) dan tarif angkutan udara sebesar -0,02% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting