(Vibiznews – Index) – Pergerakan kuat saham di bursa Wall Street tidak berlanjut dikarenakan sentimen investor dibebani kondisi perang di Ukraina, kenaikan inflasi, dan juga prospek suku bunga yang lebih tinggi. Semua indeks utama kembali ke zona merah hingga akhir sesi Jumat dinihari (11/3/2022), namun tekanan ditahan oleh data klaim pengangguran yang mengecewakan.
Indeks Dow Jones jatuh lebih dari 460 poin pada level terburuknya hari ini tetapi ditutup turun relatif moderat 112,18 poin atau 0,3 persen pada 33.174,07. Indeks Nasdaq merosot 125,58 poin atau 1 persen menjadi 13.129,96 dan indeks S&P 500 turun 18,36 poin atau 0,4 persen menjadi 4.259.52.
Tekanan jual sudah terjadi sejak awal sesi akibat kekhawatiran konflik Rusia-Ukraina, karena pembicaraan damai antara kedua negara menghasilkan sedikit kemajuan dalam masalah-masalah utama. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan tidak ada kemajuan yang dibuat dalam proposal Ukraina untuk gencatan senjata 24 jam atau pembentukan koridor kemanusiaan ke dan dari kota Mariupol yang terkepung.
Pelemahan awal juga dipicu oleh naiknya kembali harga minyak mentah yang sempat anjlok 10% lebih pada sesi sebelumnya. Tekanan bertambah setelah Departemen Tenaga Kerja umumkan tingkat inflasi tahunan di AS meningkat menjadi 7,9% pada Februari 2022, tertinggi sejak Januari 1982 tetapi sesuai dengan ekspektasi pasar.
Aksi jual mulai mereda setelah adanya peningkatan data klaim pengangguran dalam pekan yang berakhir 5 Mare, naik ke 227.000, meningkat 11.000 dari level minggu sebelumnya 216.000. Sebelumnya klaim diperkirakan akan naik ke 216.000 dari 215.000 yang awalnya dilaporkan untuk minggu sebelumnya.
Secara sektoral, saham semikonduktor mengalami kinerja paling buruk hingga menyeret Philadelphia Semiconductor Index turun sebesar 2,2 persen. Kemudian saham-saham perbankan, tertekan dengan indeks KBW Bank yang turun 1,1 persen.
Namun pergerakan sebaliknya terjadi pada saham energi dengan Philadelphia Oil Service Index melonjak 4,3 persen dan NYSE Arca Oil Index melonjak 25 persen. Saham ritel, baja dan emas juga bergerak kuat mengimbangi pelemahan di beberapa sektor lainnya.