(Vibiznews – Economy & Business) Inflasi Zona Eropa bulan Maret mencapai rekor tertinggi, menimbulkan pertanyaan apakah Bank Sentral Eropa dapat menstabilkan harga konsumen yang sudah naik dengan cepat ini.
Inflasi utama mencapai 7,5% untuk bulan Maret secara tahunan, menurut data awal dari kantor statistik Eropa Eurostat yang dirilis pada hari Jumat. Inflasi headline telah mencapai 5,9% di bulan Februari.
Angka-angka itu muncul pada saat invasi Rusia ke Ukraina telah membawa ketidakpastian ekonomi, dengan beberapa ekonom bertanya-tanya apakah zona euro akan memasuki resesi pada 2022, dimana hal ini merupakan sesuatu yang sejauh ini ditolak oleh pejabat Eropa.
Perdana Menteri Italia Mario Draghi, misalnya, mengatakan pekan lalu bahwa akan ada kerusakan ekonomi dari invasi ke Ukraina, tetapi bukan resesi.
Zona euro telah mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghukum Rusia atas keputusannya untuk menyerang Ukraina, seperti memblokir penjualan barang-barang mewah dan sanksi ini ternyata berdampak pada ekonomi zona euro itu sendiri.
Selain itu, ada efek samping lain dari perang, terutama harga energi yang lebih tinggi yang mendorong inflasi di seluruh blok.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan awal pekan ini bahwa “tiga faktor utama kemungkinan akan membawa inflasi lebih tinggi” ke depan.
Dia mengatakan “harga energi diperkirakan akan tetap lebih tinggi lebih lama,” “tekanan pada inflasi makanan kemungkinan akan meningkat,” dan “kemacetan manufaktur global kemungkinan akan bertahan di sektor-sektor tertentu.”
Latar belakang ekonomi ini membuat konsumen menjadi lebih pesimis tentang prospek mereka ke depan juga. “Rumah tangga menjadi lebih pesimis dan dapat mengurangi pengeluaran,” kata Lagarde dalam pidatonya di Siprus, Rabu.
Pengeluaran yang lebih rendah dapat membawa tekanan ekonomi lebih lanjut, karena bisnis akan menjual lebih sedikit, memiliki lebih sedikit ruang untuk membayar karyawan dan cenderung tidak berinvestasi.