(Vibiznews – Index) – Bursa saham Wall Street alami tekanan jual cukup besar merespon laporan lonjakan data inflasi AS pada perdagangan yang berakhir Kamis dinihari (12/5/2022). Semua indeks utama melemah dengan Nasdaq paling tertekan hingga anjlok 3% lebih ke terendah 17 bulan, Dow Jones memperpanjang posisi terendah 14 bulan dan S&P500 retreat dari kenaikan sesi sebelumnya.
Indeks Dow Jones merosot 326,63 poin atau 1 persen menjadi 31.834,11, indeks S&P 500 jatuh 65,87 poin atau 1,7 persen menjadi 3.935,18 dan indeks Nasdaq jatuh 373,44 poin atau 3,2 persen menjadi 11.364,24.
Departemen Tenaga Kerja pertumbuhan harga konsumen melambat melebihi dari yang diharapkan, tingkat tahunan pertumbuhan harga konsumen melambat menjadi 8,3 persen pada April dari tertinggi 40 tahun 8,5 persen pada Maret, sebelumnya diperkirakan melambat menjadi 8,1 persen.
Lihat: Inflasi April AS Meningkat Melebihi Perkiraan
Data ini menambahkan kekhawatiran baru-baru ini bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih agresif dalam upaya untuk menurunkan inflasi pada tingkat yang lebih cepat, sebab kebijakan The Fed dan bank sentral lainnya dapat menyebabkan periode stagflasi atau resesi langsung.
Menambah kekhawatiran, Presiden Fed Bank of Atlanta Bostic mengatakan dia terbuka untuk menggerakkan lebih banyak suku bunga jika inflasi berlanjut pada tingkat yang tinggi.
Secara sektoral, pelemahan dipimpin oleh saham perangkat keras komputer yang turun hingga membuat NYSE Arca Computer Hardware Index turun 3,8 persen ke level penutupan terendah dalam lebih dari setahun. Disusul oleh saham perumahan dengan Philadelphia Housing Sector Index anjlok 3,4 persen ke penutupan terendah lebih dari satu tahun.
Sementara itu pergerakan sebaliknya terjadi pada saham minyak merespon lonjakan harga minyak mentah yang naik 5 persen lebih, dan juga terjadi pergerakan kuat bagi saham tembakau.



