Lelang Surat Utang Negara Sepi Peminat, Apa Penyebabnya?

466
MNC Kapital Terbitkan Obligasi Senilai Rp 390 Miliar
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Bonds & Mutual Funds) – Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mengatakan Pemerintah hanya mampu menyerap dana Rp 2,22 triliun dari lelang surat utang negara (SUN) tambahan alias greenshoe option melalui sistem lelang Bank Indonesia.

Apa penyebabnya?

Menurut Analis Vibiz Research, ada beberapa faktor yang memicunya, diantaranya kebijakan hawkish dari The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps dan yang juga memicu risk off seperti kembali merebaknya kasus Covid-19 di China yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi di China menurun.

Mari kita simak, pasar obligasi (SUN) saat ini akan sangat dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga seiring masih tingginya tekanan kenaikan inflasi di berbagai negara.

Untuk pertama kalinya DJPPR mencatatkan jumlah penawaran yang masuk di bawah target indikatif (undersubscribe) dimana jumlah penawaran terendah sepanjang pelaksanaan lelang SUN pada tahun 2022.

“Hal ini terlihat dari sikap wait and see yang dipilih investor pasca kenaikan suku bunga oleh The Fed serta potensi adanya rencana kenaikan suku bunga kembali.

Hal ini terus mendorong meningkatnya risk aversion investor yang tercermin dari CDS Indonesia. Berdasarkan data Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 13 Mei 2022, Premi CDS terus mencatatkan rekor tertinggi tahun ini, dimana Premi CDS 5 tahun berada di 133,41 dan Premi CDS 10 tahun berada di 203,74, sudah naik cukup signifikan dibanding posisi awal tahun dimana premi CDS 5 tahun masih 74,69 dan premi CDS 10 tahun di 136,46, hal ini sejalan dengan meningkatnya risk off di pasar keuangan global.

Tentu saja keputusan The Fed yang agresif menaikkan suku bunga berpotensi meningkatkan yield obligasi. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pasar obligasi Indonesia karena selisih yang kecil antara yield obligasi dengan US Treasury dapat memicu capital outflow asing. Hal ini memungkinkan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan untuk memitigasi capital outflow.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting