(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Sejalan dengan tren kenaikan suku bunga global dan inflasi tinggi, pelaku pasar menilai Bank Indonesia berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
Oleh karena itu, prospek reksadana pasar uang diprediksi akan jadi pilihan investor di tengah potensi kenaikan suku bunga. Reksadana pasar uang dianggap sebagai alternatif investasi karena memberikan return menarik dan likuiditas yang tinggi.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis point dari 3,5% ke 4,25%.
Jadi, jika kita lihat pasar saham yang sangat fluktuatif, ini membuat investor akan parkir ke reksadana pasar uang. Kenapa?
Karena memberikan return lebih tinggi dibanding deposito dan dapat dicairkan kapan saja.
“Ketika suku bunga meningkat, secara historis reksadana pasar uang lebih baik dibanding dengan saham dan obligasi,” ujar Reza.
Menurut Analis Vibiz Research, reksadana pasar uang selalu menjadi first entry bagi first time investor dan safe haven sehingga akan tetap diminati.
Dengan kondisi yang ada, Analis Vibiz Research memproyeksikan reksadana pasar uang di akhir tahun akan memberikan imbal hasil sebesar 4% hingga 5%. Hal ini tentu saja tergantung pada keputusan BI akan menaikan suku bunga atau tidak.
Berdasarkan data yang ada, angka tersebut keluar dari perhitungan dari bunga yang didapat dari penempatan deposito dan juga imbal hasil dari obligasi.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting