(Vibiznews – Index) – Bursa Asia-Pasifik tunjukkan pembukaan beragam pada hari Rabu (13/07) menjelang data perdagangan China dan keputusan bank sentral di wilayah tersebut. Investor juga akan menantikan laporan inflasi AS untuk bulan Juni.
Kontrak berjangka Nikkei di Chicago berada di 26.430 sementara mitranya di Osaka berada di 26.420, menguat dibandingkan dengan penutupan terakhir Nikkei 225 di 26.336,66.
SPI berjangka di Australia lebih rendah dari penutupan terakhir S&P/ASX 200 di 6.606,3 di 6.506.
Data perdagangan China akan dirilis pada hari Rabu. Jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa ekspor akan tumbuh sebesar 12%, sementara impor akan meningkat sebesar 3,9 persen.
Bank of Korea diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk pertama kalinya, menurut jajak pendapat Reuters. Reserve Bank of New Zealand juga akan menaikkan suku bunga setengah poin.
Bursa saham Thailand tutup untuk hari libur pada hari Rabu.
Indeks utama di AS terlihat lesu selama hari perdagangan sebelum ditutup lebih rendah.
Dow Jones Industrial Average turun 192,51 poin atau 0,62% menjadi 30.981,33, sedangkan S&P 500 turun 0,92% menjadi 3.818,80. Nasdaq Composite turun 0,95% menjadi ditutup pada 11.264,73.
Baca: Indeks Wall Street Terendah Sepekan Lebih, Saham Maskapai Penerbangan Melonjak https://www.vibiznews.com/2022/07/13/indeks-wall-street-terendah-sepekan-lebih-saham-maskapai-penerbangan-melonjak/
AS akan melaporkan data indeks harga konsumen pada hari Rabu, dan pasar mengharapkan inflasi yang panas, yang akan menjaga Fed tetap di jalur pendakiannya.
Mata Uang
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 108,072 setelah sempat jatuh di bawah 108.
Yen Jepang berpindah tangan pada 136,80 per dolar, sedikit menguat setelah diperdagangkan melampaui 137 terhadap dolar awal pekan ini. Dolar Australia berada di $0,6747, berjuang untuk mendapatkan keuntungan setelah tergelincir baru-baru ini.
Euro mencapai keseimbangan dengan dolar AS pada hari Selasa untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Mata uang euro melemah oleh kekhawatiran pasokan energi Eropa dan masalah ekonomi, sementara safe-haven greenback telah didukung oleh kekhawatiran pertumbuhan global.
Selasti Panjaitan/Vibiznews



