(Vibiznews – Economy & Business) – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, realisasi investasi pada kuartal III-2022 mencapai Rp 307,8 triliun. Realisasi ini meningkat atau tumbuh 1,9% dibandingkan dengan realisasi investasi pada kuartal II-2022 yang nilainya sebesar Rp 302,2 triliun.
Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang menurun. Dan kepercayaan asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengingat stabilitas politik dan ekonomi yang ada.
Menteri investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia Senin (24/10) mengatakan, realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri yang menyumbang sebanyak 45,1%. Atau sebesar Rp 138,9 triliun atau mengalami pertumbuhan 22,5% secara tahunan atau year on year (yoy).
Kemudian untuk Penanaman Modal Asing (PMA) nilainya mencapai Rp 168,9 triliun atau berkontribusi 54,9% dari total realisasi investasi. Dan mengalami pertumbuhan 63,6% yoy atau secara tahunan.
Bahlil dalam Konferensi Pers, Senin (24/10) menyebut realisasi tersebut ini betul-betul lewat Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM ) secara online. Hal ini berdasarkan Online Single Submission (OSS) berbasis Undang-Undang Cipta Kerja.
“Jadi lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, karena langsung perusahaan yang melaporkan dan kita asistensi,” katanya.
Bahlil pun optimistis target realisasi investasi tahun ini yang ditargetkan sebesar Rp 1.200 triliun bisa tercapai di akhir tahun. Meskipun saat ini perekonomian global sedang bergejolak.
Jika diakumulasikan, total realisasi investasi dari kuartal I-2022 hingga kuartal II-2022 tahun ini nilainya sudah mencapai Rp 1.194,6 triliun. Artinya, realisasi investasi di akhir tahun ini kemungkinan bisa melampaui target yang sudah ditentukan.
Adapun Bahlil menjelaskan, PMA yang mendominasi dari total realisasi investasi pada periode ini dikarenakan ada stabilitas politik. Juga ada trust kepada Presiden Joko Widodo, serta konsistensi pemerintah dalam mengarahkan kebijakan investasi.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting