(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Surat Berharga Negara (SBN) menjadi salah satu instrumen investasi yang diburu oleh investor asing.
Berdasarkan informasi dari DJPPR, investor asing diketahui masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) surat berharga negara (SBN). Dengan total dana asing yang mengalir (inflow) mencapai Rp 8,17 triliun sepanjang bulan Desember 2023.
Meski demikian, angka tersebut melambat dari capaian bulan sebelumnya yang mencapai Rp 23,5 triliun sepanjang bulan November 2023.
Tentunya aksi borong investor asing membuat SBN mencatatkan penguatan di seluruh tenor yang terlihat dari turunnya nilai imbal hasil (yield).
“Aksi borong asing kembali mendorong penurunan yield SBN 13,30 basis poin (bps) secara bulanan (mtd) di seluruh tenor,” ungkap Inarno Djajadi.
Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK. Yang diutarakan dalam Rapat Komisioner OJK Selasa (9/1/2023).
Inarno juga mengungkapkan sepanjang tahun lalu, yield SBN turun 29 bps, dengan non resident net buy Rp 79,8 triliun.
Mengapa Investor asing memburu SBN?
Menurut Analis Vibiz Research keputusan Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan suku bunga acuan ke 6% sejak Oktober 2023 tepat. Sehingga imbal hasil yang ditetapkan semakin menarik bagi investor.
Keputusan BI tersebut mulai tercermin positif pada selisih yield obligasi AS 10 tahun dengan SBN 10 tahun Indonesia yang semakin melebar. Sebagai informasi data perdagangan Selasa (31/10/2023) yield obligasi 10 tahunan Indonesia berada di 7,12%, terdapat selisih 225 basis poin (bps) terhadap yield US Treasury sebesar 4,88%.
Sementara data BI pada perdagangan Kamis (4/1/2024) yield obligasi 10 tahunan Indonesia berada di 6,64%, terdapat selisih 265 basis poin (bps) terhadap yield US Treasury sebesar 3,99%.
Besarnya selisih yield obligasi AS 10 tahun dengan SBN 10 tahun inilah yang menarik bagi investor asing.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting