Pasar Modal dan Bursa Karbon Menguat di Akhir Juli 2024

178
Sektor Jasa Keuangan Stabil Di Tengah Divergensi Perekonomian Global

 

(Vibiznews – Economy & Business) – Dari data OJK, secara keseluruhan pasar modal dan bursa karbon menguat di akhir Juli 2024. Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Juli 2024 menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil.

Karena didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global. Hal ini diakibatkan meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta normalisasi harga komoditas global.

Perkembangan Pasar Modal
Perkembangan Pasar Modal dan Bursa Karbon Juli 2024
Sumber: OJK

Di pasar saham, IHSG menguat 2,72 persen mtd pada 31 Juli 2024 ke level 7.255,76 (ytd: terkoreksi 0,23 persen). Dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12.338 triliun atau naik 1,83 persen mtd (5,76 persen ytd). Serta non-resident mencatatkan net buy Rp6,68 triliun mtd (ytd: net sell Rp1,05 triliun).

Secara mtd, penguatan terjadi di hampir seluruh sektor dengan penguatan terbesar di sektor industri dan transportasi & logistik. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp11,87 triliun ytd.

Sementara, di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,09 persen mtd (naik 2,66 persen ytd) ke level 384,57.
Dengan yield SBN rata-rata turun sebesar 7,34 bps (ytd naik 25,87 bps) dan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp4,90 triliun mtd (ytd: net sell Rp29,05 triliun).

Sedangkan untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp0,58 triliun mtd (net sell Rp2,22 triliun ytd).

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp830,25 triliun (naik 0,51 persen mtd atau 0,67 persen ytd). Dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp491,61 triliun atau naik 1,06 persen mtd (ytd: turun 1,96 persen). Dan tercatat net subscription sebesar Rp2,75 triliun mtd (ytd: net redemption Rp12,53 triliun).

Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp129,90 triliun. Di mana Rp4,39 Triliun di antaranya merupakan fundraising dari 28 emiten baru.

Sementara itu, masih terdapat 111 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp33,04 triliun.

Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 30 Juli 2024, telah terdapat 17 penyelenggara.
Mereka yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 579 penerbit, 159.957 pemodal. Dengan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,15 triliun.

Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 31 Juli 2024, tercatat 70 pengguna jasa yang mendapatkan izin.
Dengan total volume sebesar 613.541 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp37,04 miliar. Dengan rincian nilai transaksi 26,73 persen di Pasar Reguler, 23,19 persen di Pasar Negosiasi.
Selanjutnya, 49,89 persen di Pasar Lelang, dan 0,18 persen di marketplace.

Ke depan, potensi Bursa Karbon masih sangat besar. Dengan mempertimbangkan terdapat 3.864 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI). Dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan.

Menurut Analis Vibiz Research Center, potensi pasar modal dan bursa karbon Indonesia pada semester II 2024 terlihat menjanjikan.

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi potensi ini meliputi:

1. Pertumbuhan Ekonomi: Indonesia diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, yang bisa mendorong aktivitas di pasar modal. Kenaikan PDB dan stabilitas ekonomi mendukung minat investor dan meningkatkan likuiditas pasar.

2. Kebijakan Pemerintah: Dukungan kebijakan pemerintah, seperti regulasi yang mendukung investasi dan reformasi pasar modal, dapat meningkatkan daya tarik pasar. Kebijakan yang mendukung pelaporan keberlanjutan dan transparansi juga bisa memperkuat pasar modal.

3. Pengembangan Bursa Karbon: Dengan semakin meningkatnya kesadaran global tentang perubahan iklim, pasar karbon semakin menjadi fokus. Indonesia, sebagai negara dengan potensi besar dalam sektor lingkungan, dapat memanfaatkan pasar karbon untuk mendukung proyek-proyek yang mengurangi emisi karbon.

4. Infrastruktur dan Teknologi: Peningkatan infrastruktur dan adopsi teknologi di pasar modal, seperti platform trading yang lebih efisien, sistem pemantauan emisi yang lebih baik. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan pasar.

5. Minat Investasi Internasional: Dengan meningkatnya minat investor internasional pada pasar berkembang, termasuk Indonesia, ada potensi untuk menarik lebih banyak investasi asing. Hal ini dapat memperluas basis investor dan meningkatkan volume perdagangan di pasar modal.

6. Inovasi Finansial: Perkembangan produk finansial baru, seperti instrumen investasi hijau dan produk berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance), dapat menarik minat investor. Terutama yang mencari peluang dengan dampak positif sosial dan lingkungan.

Kesimpulannya, secara keseluruhan, potensi pasar modal dan bursa karbon Indonesia pada semester II 2024 tampaknya positif. Namun tetap penting untuk memantau perkembangan kebijakan, kondisi ekonomi global, dan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi hasilnya.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting