Neraca Pembayaran Indonesia Tetap Positif Di Tengah Ketidakpastian Pasar Keuangan Global

111
Neraca Pembayaran Indonesia Tetap Positif Di Tengah Ketidakpastian Pasar Keuangan Global
Sumber: Kemenkeu

 

(Vibiznews – Economy & Business) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Rabu 21/08/2024, Gubernur BI menyatakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia tetap sehat. Dan terus mendukung ketahanan eksternal.

Pada triwulan II 2024, defisit transaksi berjalan diprakirakan rendah, didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan.Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kinerja NPI yang positif diprakirakan berlanjut pada triwulan III 2024. Pada Juli 2024, neraca perdagangan kembali mencatat surplus sebesar 0,5 miliar dolar AS.
Aliran investasi portofolio asing juga menguat ke berbagai instrumen pasar keuangan domestik, seperti SBN, SRBI, dan saham.

Berdasarkan data BI hingga 19 Agustus 2024 (qtd) secara neto tercatat inflow sebesar 7,2 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa akhir Juli 2024 tercatat meningkat menjadi 145,4 miliar dolar AS.

Hal ini setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau pembiayaan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.  Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ke depan, NPI 2024 diprakirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap surplus, ditopang oleh peningkatan investasi portofolio dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Dan investasi asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, hal ini sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional. Dan tentunya imbal hasil investasi yang menarik.

Nilai tukar Rupiah menguat didukung oleh bauran kebijakan moneter Bank Indonesia, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.

Nilai tukar Rupiah pada Agustus 2024 (hingga 20 Agustus 2024) menguat menjadi Rp15.430/USD. Ini berarti menguat 5,34% dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024.

Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Baht Thailand, Yen Jepang, Peso Filipina, dan Won Korea. Yang hanya sebesar 4,22%, 3,25%, 3,20%, dan 3,04%.

Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi Rupiah lebih kecil. Jika dibandingkan dari depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea.

Menurut Analis Vibiz Research Center, melihat kondisi ini, nilai tukar Rupiah diprakirakan masih akan cenderung menguat. Hal ini sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, di mana (IHK) Juli 2024 tercatat 2,13% (yoy).

Dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi triwulan II 2024 tercatat sebesar 5,05% (yoy). Terutama didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

Juga komitmen kebijakan Bank Indonesia, di mana seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan. Termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

Belinda Kosasih/ VBN/ Managing Partner Vibiz Consulting