Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Meningkatkan Capital Inflow ke Indonesia

327
Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Meningkatkan Capital Inflow ke Indonesia
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Economy & Business) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) hari Rabu (18/9/2024), Perry Warjiyo mengatakan ketidakpastian kebijakan moneter negara maju semakin mereda. Hal ini sejalan dengan terus melambatnya tekanan inflasi global.

Di Amerika Serikat (AS), inflasi diperkirakan akan semakin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2%. Kondisi ini terjadi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.

Perkembangan ini mendorong prospek penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula.

“BI memprakirakan The Fed akan menurunkan FFR tiga kali dalam tahun 2024 ini. Yaitu di bulan September, November dan Desember 2024, masing-masing sebesar 25 bps,” demikian ungkap Perry Warjiyo dalam RDG BI.

Sejalan dengan itu, yield US Treasury tenor 2 tahun pada bulan yang lalu menurun lebih besar. Sehingga menjadi lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun. Menurunnya yield US Treasury note 2 tahun yang lebih rendah dari yield UST tenor 10 tahun menjadi penentu investor asing untuk membeli SRBI.

Hal ini yang menyebabkan yield differential dengan negara berkembang tinggi. Sehingga hal ini menarik bagi investor asing untuk menempatkan dananya dan melakukan investasi di negara berkembang seperti Indonesia.

Indeks mata uang AS terhadap mata uang negara utama (DXY) juga melemah. Di kawasan Eropa, European Central Bank (ECB) telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya. Hal ini sejalan dengan inflasi yang menurun ke arah sasaran jangka menengah sebesar 2%. Sehingga terjadi penguatan Euro terhadap US Dollar.

Di Asia, People Bank of China (PBoC) juga telah menurunkan suku bunga. Ini sejalan dengan inflasi yang rendah dan permintaan domestik yang masih lemah.

Berbagai perkembangan ini mendorong semakin meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hal ini tercermin dari data setelmen BI sampai dengan 12 September 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp10,37 triliun di pasar SBN. Lalu beli Rp31,47 triliun di pasar saham, dan Rp184,03 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Menurut Analis Vibiz Research Center, jika prakiraan BI benar bahwa The Fed akan menurunkan FFR di bulan November dan Desember 2024.  Hal ini menjadi indikasi masuknya dana asing lebih banyak ke Indonesia.

Karena ke depan, kejelasan arah penurunan suku bunga negara maju khususnya AS diprakirakan akan semakin mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas eksternal negara berkembang.

Perkembangan ini akan mendukung kebijakan ekonomi negara berkembang untuk tujuan ekonomi domestiknya dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting