Ketidakpastian di Timur Tengah Pasca Jatuhnya Dinasti Assad Dampaknya Terhadap Harga Minyak, Mata Uang dan Emas

142

(Vibiznews – Economy & Business) Pada Desember 2024, dinasti Bashar al-Assad di Suriah resmi tumbang setelah berkuasa sekitar 53 tahun  setelah serangan intensif dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan faksi oposisi lainnya. Serangan ini dimulai pada 27 November 2024, dengan HTS berhasil merebut wilayah strategis seperti Aleppo, Hama, dan Homs sebelum akhirnya menguasai Damaskus pada 8 Desember 2024. Kejatuhan Assad menandai berakhirnya dinasti yang telah memerintah Suriah selama lebih dari lima dekade

Saat ini, pembentukan pemerintahan transisi sedang diupayakan dengan dukungan komunitas internasional, termasuk PBB, meski masih diwarnai ketegangan antar kelompok oposisi dan kekhawatiran atas potensi konflik baru di wilayah tersebut

Ketidakpastian yang melanda di Timur Tengah, khususnya yang dipicu oleh jatuhnya rezim Assad di Suriah. menimbulkan ketidak pastian geopolitik yang signifikan, yang akan mempengaruhi pasar keuangan global seperti minyak, mata uang, dan emas.

  1. Harga Minyak

Minyak sangat sensitif terhadap kejadian geopolitik di Timur Tengah karena kawasan ini memainkan peran krusial dalam produksi dan distribusi minyak global.

Harga minyak dunia naik pada Senin (9/12/2024) dipicu tumbangnya rezim Al-Assad di Suriah.  Seperti dilansir Reuters, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2024 naik US$1,17, atau sekitar 1,7 persen, menjadi US$68,37 per barel di New York Mercantile Exchange.  Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari 2024 meningkat US$1,02, atau sekitar 1,4 persen, menjadi US$72,14 per barel di London ICE Futures Exchange

Jika jatuhnya rezim Assad di Suriah menyebabkan ketidakstabilan signifikan, ini bisa mempengaruhi harga minyak dalam beberapa cara:

A. Harga Minyak Melonjak

  • Lonjakan Jangka Pendek: Ketidakpastian geopolitik sering menyebabkan lonjakan harga minyak karena para trader mengantisipasi gangguan pasokan. Misalnya, jika kekerasan atau ketidakstabilan menyebar ke negara-negara penghasil minyak utama seperti Arab Saudi, Irak, atau Iran, pasokan minyak bisa terancam, mendorong harga naik.
  • Contoh Sejarah: Selama Arab Spring 2011, harga minyak melonjak karena ketakutan terhadap gangguan di Timur Tengah. Demikian pula, Perang Teluk 1990 menyebabkan lonjakan harga minyak akibat gangguan pasokan.

B. Volatilitas

  • Peningkatan Volatilitas: Reaksi pasar terhadap kejadian geopolitik sering kali sangat volatil. Harga bisa berfluktuasi tajam saat berita dari kawasan tersebut berkembang, mencerminkan ketidakpastian dalam rantai pasokan dan keamanan jalur transportasi minyak (seperti Selat Hormuz).
  • Proksi Politik: Jika kekuatan saingan di Timur Tengah (misalnya, Iran vs. Arab Saudi) terlibat, itu bisa menambah premi risiko pada harga minyak, karena trader khawatir tentang gangguan lebih lanjut terhadap pasokan.

C. Efek Jangka Panjang

  • Koreksi Harga: Setelah lonjakan awal dalam harga minyak, jika ketegangan mereda atau ada jaminan tentang kelangsungan produksi minyak, harga bisa stabil atau bahkan menurun. Namun, jika konflik terus berlanjut atau meluas, tekanan harga minyak mungkin akan berlanjut.

2.Dampak Pada Mata Uang

Pasar mata uang sangat sensitif terhadap ketidakstabilan geopolitik, dan jatuhnya rezim Assad kemungkinan besar akan memicu volatilitas pada mata uang regional dan global.

A. Mata Uang yang Terkait dengan Minyak

  • Mata Uang Negara Pengekspor Minyak (misalnya, Riyal Saudi, Dinar Kuwait, Dirham UAE): Nilai mata uang negara-negara penghasil minyak sangat terkait dengan harga minyak global. Jika harga minyak meningkat karena ketegangan geopolitik, mata uang negara-negara ini dapat menguat dalam jangka pendek karena ekspektasi pendapatan yang lebih tinggi. Namun, dampak jangka panjangnya bergantung pada bagaimana ketidakstabilan mempengaruhi produksi dan ekonomi negara-negara tersebut.
    • Riyal dan Mata Uang Negara Teluk: Mata uang ini biasanya dipatok ke Dolar AS (USD), yang membantu memberikan stabilitas terhadap volatilitas. Namun, gangguan pasokan minyak atau ketidakpastian geopolitik yang berkepanjangan dapat melemahkan mata uang tersebut seiring berkurangnya pendapatan dari ekspor minyak.
    • Risiko Investasi: Jika ketidakstabilan regional menyebabkan keluarnya modal dari negara-negara Teluk, nilai mata uang mereka bisa turun meskipun harga minyak meningkat.

B. Mata Uang Pasar Berkembang (misalnya, Mesir, Lebanon, Yordania)

Depresiasi Mata Uang: Negara-negara di sekitar Suriah seperti Mesir, Lebanon, dan Yordania rentan terhadap krisis ekonomi dan mata uang jika ketidakstabilan meluas ke wilayah mereka. Misalnya, arus pengungsi dari Suriah dapat membebani ekonomi negara-negara tersebut, dan ketidakpastian ini dapat menyebabkan keluar masuk modal yang lebih besar, yang melemahkan mata uang mereka.

Tekanan Inflasi dan Ekonomi: Negara-negara yang sudah menghadapi masalah ekonomi mungkin mengalami lonjakan inflasi karena kenaikan biaya impor, sementara investasi asing bisa melambat, yang berujung pada depresiasi mata uang.

  1. Dolar AS (USD)

Dolar AS cenderung menguat saat ketidakpastian geopolitik meningkat karena dianggap sebagai mata uang “tempat aman”. Jika ketegangan di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran global, investor akan cenderung mengalihkan modal mereka ke aset berdenominasi USD (misalnya, Obligasi AS, komoditas yang diperdagangkan dalam USD), yang menyebabkan USD menguat.

Euro dan Yen: Mata uang aman lainnya seperti Franc Swiss dan Yen Jepang juga bisa menguat saat investor berusaha untuk menghindari risiko. Namun, Dolar AS cenderung menguat paling signifikan karena statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.

A. Dolar AS sebagai Safe Haven

  • Penguatan Dolar AS: Selama ketidakpastian meningkat, investor cenderung mencari stabilitas, dan dolar AS biasanya diuntungkan. Sebagai mata uang cadangan global, dolar AS cenderung menguat selama periode krisis karena investor mencari aset AS, seperti obligasi Treasury dan dolar AS itu sendiri.
  • Contoh Sejarah: Selama Perang Teluk (1990-1991) dan krisis besar lainnya di Timur Tengah, dolar AS menguat karena statusnya sebagai tempat aman. Demikian pula, selama fase awal pandemi COVID-19 pada 2020, dolar menguat ketika pasar global jatuh.

B. Pengaruh Pergerakan Harga Minyak

  • Karena minyak diperdagangkan dalam USD, setiap perubahan signifikan dalam harga minyak dapat memengaruhi kekuatan dolar AS. Jika harga minyak naik karena ketidakstabilan di Timur Tengah, negara-negara eksportir minyak besar (misalnya, Arab Saudi, Rusia) mungkin mengalami lonjakan pendapatan dalam USD, yang akan memperkuat dolar.
  • Namun, jika harga minyak melonjak secara dramatis, negara-negara pengimpor minyak besar mungkin menghadapi tekanan inflasi, yang dapat melemahkan mata uang mereka dan secara tidak langsung mempengaruhi kekuatan dolar AS.
  1. Harga Emas

Emas dikenal sebagai aset tempat aman, dan harga emas cenderung naik selama periode ketidakstabilan geopolitik. Emas sering dianggap sebagai penyimpan nilai dan pelindung terhadap potensi devaluasi mata uang, inflasi, atau penurunan ekonomi.

Harga Emas Naik: Ketika ketidakpastian dan risiko geopolitik meningkat, investor sering beralih ke emas, yang mendorong harga emas naik. Jatuhnya dinasti Assad yang memicu ketidakstabilan luas bisa memicu lonjakan harga emas.

Contoh Sejarah: Setelah Arab Spring 2011 dan krisis lainnya di Timur Tengah, harga emas mengalami kenaikan signifikan karena investor mencari perlindungan dari potensi risiko. Selama Perang Irak 2003, harga emas juga melonjak saat konflik meningkat.

Pengalihan Aset

  • Emas sebagai Lindung Nilai: Sama seperti dolar AS, emas dianggap sebagai tempat aman. Selama ketidakstabilan atau krisis ekonomi, investor mencari perlindungan dari devaluasi mata uang dan volatilitas pasar dengan beralih ke emas.
  • Perlindungan dari Inflasi: Jika ketidakstabilan di Timur Tengah menyebabkan lonjakan harga minyak dan inflasi, emas sering menjadi pilihan untuk melindungi kekayaan dari tekanan inflasi yang meningkat.

Tren Jangka Panjang

  • Kenaikan Harga Emas yang Berkelanjutan: Jika ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah berlanjut dalam jangka panjang, harga emas bisa terus naik seiring dengan meningkatnya permintaan. Sebaliknya, jika situasi stabil, harga emas mungkin akan turun, tetapi biasanya dengan laju yang lebih lambat dibandingkan lonjakan awal.

Sentimen Pasar Secara Umum dan Dampaknya pada Ekonomi Global

  • Ketakutan Risiko Global: Ketika ketidakpastian meningkat di Timur Tengah, investor global kemungkinan besar akan menjadi lebih berhati-hati. Pasar saham dapat mengalami penurunan, karena investor akan menarik dana dari saham dan beralih ke aset yang lebih aman seperti Dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah.
  • Potensi Perlambatan Ekonomi: Jika ketegangan geopolitik menyebar, negara-negara di Timur Tengah dapat menghadapi resesi ekonomi yang berdampak pada perdagangan global, terutama karena minyak merupakan penggerak utama ekonomi di banyak negara tersebut. Ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi global melambat, yang mempengaruhi semua kelas aset.