Pemerintah Meraup Rp 26,2 Triliun dari Lelang Perdana SUN 2025

173
Pemerintah Meraup Rp 26,2 Triliun dari Lelang Perdana SUN 2025
Vibizmedia Picture

 

(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berhasil meraup Rp 26,2 triliun dari lelang perdana Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa, 7 Januari 2025.

Adapun, total penawaran yang masuk mencapai Rp 31,65 triliun dari delapan seri SUN, seperti SPN03250409 (new issuance), SPN12260108 (new issuance). Kemudian FR0104 (reopening), FR0103 (reopening), FR0106 (new issuance), FR0107 (new issuance), FR0102 (reopening) dan FR0105 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Suminto menjelaskan bahwa meskipun target indikatif lelang ini sebesar Rp 28 triliun, pemerintah memilih untuk hanya memenangkan Rp 26,2 triliun. Hal ini demi menjaga cost of fund yang optimal.

Suminto menegaskan bahwa posisi kas pemerintah saat ini masih cukup besar sehingga tidak ada kebutuhan mendesak untuk menyerap lebih banyak penawaran.
Ia menyebut bahwa pasar SBN tetap menunjukkan daya tariknya bagi investor asing. Hal ini tercermin dari capital inflow ke pasar SBN masih berlanjut.

Suminto menyebut, hingga 6 Januari 2025, tercatat inflow sebesar Rp 2,62 triliun (mtd/ytd).

Pada lelang SUN 7 Januari 2025, partisipasi asing cukup baik dengan penawaran masuk sebesar Rp 3,92 triliun (12,38%). Dengan nominal yang dimenangkan mencapai Rp 2,67 triliun (10,18%).

Menurut Analis Vibiz Research Center ada beberapa penyebab utama rendahnya incoming bids dibandingkan target indikatif pemerintah sebesar Rp 28 triliun.

Pertama, meskipun ada potensi penurunan suku bunga The Fed, volatilitas di pasar global dan tingginya yield obligasi negara maju. Menjadi daya tarik yang membuat investor asing lebih selektif dalam memilih pasar berkembang, termasuk Indonesia.

Kedua, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang cukup dinamis menambah risiko investasi bagi investor asing. Asing cenderung menghindari eksposur ke obligasi berdenominasi Rupiah.

Ketiga, Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menawarkan likuiditas yang lebih baik dan tingkat pengembalian yang kompetitif. Hal ini membuat investor domestik lebih tertarik pada instrumen tersebut dibandingkan SUN.

Keempat, penurunan likuiditas di pasar domestik, termasuk dari perbankan dan dana pensiun, dapat mengurangi minat terhadap obligasi negara.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting