(Vibiznews – Forex) Menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari 2025, pasar keuangan global menunjukkan respons yang beragam, mencerminkan ekspektasi dan kekhawatiran investor terhadap kebijakan yang akan diterapkan oleh pemerintahan baru.
Dolar mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua tahun pada Selasa, karena para pedagang mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga AS di tahun 2025 setelah data ekonomi yang kuat. Sementara itu, kekhawatiran investor terhadap kesehatan fiskal Inggris membuat poundsterling tetap dalam sorotan.
Dengan Presiden-terpilih Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih minggu depan, fokus utama ada pada kebijakan-kebijakannya yang diperkirakan analis akan meningkatkan pertumbuhan tetapi menambah tekanan harga.
Ancaman tarif, bersama dengan pendekatan hati-hati Federal Reserve terhadap pemotongan suku bunga tahun ini, telah mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS dan dolar, sehingga menekan euro, pound, yen, dan yuan.
Adapun dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi oleh penguatan dolar AS, pergeseran ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), serta kebijakan tarif yang diantisipasi dari presiden terpilih, Donald Trump sebagai berikut :
- Penguatan Dolar AS
Dolar AS menunjukkan performa yang kuat, mendekati level tertinggi dalam dua tahun. Penguatan ini terutama didorong oleh:
- Data Ekonomi Positif: Laporan pekerjaan AS yang kuat pada minggu sebelumnya memperkuat pandangan bahwa The Fed akan mengambil langkah hati-hati dalam pemotongan suku bunga di 2025.
- Ekspektasi Tarif Trump: Ancaman tarif dari kebijakan perdagangan yang agresif diperkirakan menciptakan ketidakpastian global, mendorong investor menuju aset berbasis dolar yang dianggap lebih aman.
- Kebijakan Tarif Trump
Donald Trump diharapkan kembali mendorong agenda perdagangan proteksionis melalui pengenaan tarif bertahap. Pendekatan ini memberikan tekanan pada mitra dagang utama AS dan meningkatkan inflasi global, yang kemudian dapat memengaruhi kebijakan moneter di berbagai negara.
Respon Pasar:
- Ketakutan Pasar: Investor gelisah dengan kemungkinan dampak tarif terhadap perdagangan global, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang bergantung pada ekspor.
- Arah Kebijakan The Fed: Tarif yang meningkatkan inflasi dapat membatasi ruang lingkup The Fed untuk memotong suku bunga lebih lanjut, memperkuat daya tarik dolar sebagai aset lindung nilai.
- Fokus pada Mata Uang Utama
- Euro: Tekanan pada euro berasal dari kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi Eropa yang lemah. Selain itu, ketidakpastian tentang kebijakan moneter ECB menambah beban.
- Pound Sterling: Meskipun imbal hasil obligasi Inggris meningkat, kekhawatiran fiskal membayangi, memicu ketakutan bahwa pemerintah Inggris mungkin harus melakukan pengetatan anggaran. Hal ini memberikan tekanan tambahan pada pound.
- Yen Jepang: Pasar memperhatikan rapat kebijakan Bank of Japan (BOJ) mendatang, dengan peluang 57% adanya kenaikan suku bunga. Namun, yen tetap lemah, menunjukkan kurangnya keyakinan pasar terhadap perubahan signifikan dalam kebijakan moneter BOJ.
- Dampak Global dari Kebijakan The Fed
Kombinasi Dolar Kuat dan Imbal Hasil Tinggi:
Para analis ING mencatat bahwa dolar yang kuat, bersama dengan imbal hasil Treasury yang lebih tinggi, mulai menggeser aliran modal dari negara-negara berkembang ke AS. Situasi ini mengingatkan pada era tarif 2018–2019, yang memberikan keuntungan kompetitif pada dolar, tetapi menimbulkan tantangan bagi negara-negara dengan utang denominasi dolar.
Prediksi Pasar:
- Dolar diperkirakan tetap kuat sepanjang tahun, terutama jika kebijakan tarif dan pendekatan hati-hati The Fed terhadap suku bunga berlanjut.
Komoditas
- Emas: Harga emas menunjukkan penurunan, mencerminkan pergeseran investor dari aset safe haven ke aset berisiko, seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi di bawah pemerintahan Trump.
Pasar Saham
- Indeks S&P 500: Sejak pemilihan, S&P 500 mengalami kenaikan, namun belakangan ini menunjukkan volatilitas yang signifikan. Penurunan harga obligasi telah mempengaruhi penurunan harga saham, dengan S&P 500 berada dalam kisaran perdagangan yang dimulai pada awal November. Setelah penurunan pada pertengahan Desember, upaya pemulihan gagal, dan indeks menguji posisi terendah Desember. Penurunan lebih lanjut dapat membuka jalan menuju rata-rata pergerakan 200 hari di 5.573.
- Saham Terkait Trump: Menjelang pelantikan, saham perusahaan yang terkait dengan Trump, seperti Trump Media & Technology Group (DJT), mengalami kenaikan signifikan, mencerminkan sentimen positif investor terhadap prospek bisnis yang terkait dengan kebijakan pemerintahan baru.
Pasar Obligasi
- Imbal Hasil Obligasi: Pasar obligasi AS mengalami penjualan besar-besaran yang dipicu oleh kenaikan premi jangka waktu, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam 15 bulan. Hal ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi dan kebijakan fiskal yang ekspansif di bawah pemerintahan Trump.
Kombinasi data ekonomi AS yang kuat, ancaman tarif dari kebijakan Trump, dan pendekatan hati-hati The Fed terhadap pemotongan suku bunga telah menciptakan lingkungan yang mendukung penguatan dolar. Sementara itu, tekanan terhadap euro, pound, dan yen yang menegaskan dominasi dolar di pasar global.
Dampak global dari tren ini akan dirasakan pada aliran modal, volatilitas pasar valuta asing, dan keputusan kebijakan moneter di berbagai negara.
Pelantikan Donald Trump pada 20 Januari 2025 membawa ekspektasi dan ketidakpastian di pasar keuangan global. Sementara beberapa sektor menunjukkan optimisme terhadap kebijakan pro-pertumbuhan, kekhawatiran terhadap inflasi, kebijakan perdagangan, dan stabilitas fiskal tetap menjadi pertimbangan utama bagi investor. Pemantauan ketat terhadap kebijakan yang akan diterapkan dan respons pasar selanjutnya sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi yang bijaksana.