Hari Pertama Trump: Sinyal Baru untuk Ekonomi Dunia

100

(Vibiznews – Economy & Business) Donald Trump dilantik kembali sebagai Presiden AS ke-47 pada hari Senin kemarin menggantikan Joe Biden. Trump berjanji akan melakukan perubahan besar yang berdampak pada ekonomi, termasuk deportasi massal, tarif pada barang impor, pengurangan regulasi, dan pemotongan pajak.

Dalam pidatonya yang menjanjikan “zaman keemasan” baru bagi AS, Trump memaparkan agenda ekonomi yang berfokus pada memerangi inflasi, mengenakan pajak pada perdagangan luar negeri, mendeportasi imigran dan, dalam teguran terhadap kebijakan iklim pendahulunya Joe Biden, mempromosikan produksi minyak dibandingkan kebijakan ramah lingkungan energi.

Di bawah kepemimpinan Joe Biden, ekonomi AS tumbuh pesat tetapi tetap dibayangi masalah seperti inflasi yang tinggi, biaya perumahan yang mahal, dan utang nasional

Kondisi Ekonomi AS yang Diwariskan kepada Trump

Trump mengambil alih ekonomi AS dalam kondisi yang relatif stabil, tetapi tidak lepas dari permasalahan besar.

Selama masa kepresidenannya, Joe Biden berhasil mencatatkan sejumlah keberhasilan ekonomi, termasuk:

  • Penciptaan lapangan kerja: Setiap bulan, selama masa jabatannya, jumlah pekerjaan bertambah.
  • Pertumbuhan ekonomi yang stabil: Ekonomi AS tumbuh dengan tingkat yang sehat, melampaui prediksi resesi oleh banyak pakar.
  • Kenaikan upah: Upah pekerja meningkat lebih cepat dari inflasi dalam beberapa indikator.
  • Boom pasar saham: Indeks saham utama mencatatkan kenaikan yang signifikan.

Namun, keberhasilan tersebut masih dibatasi oleh:

  • Inflasi Persisten: Upaya Federal Reserve untuk mengekang inflasi dengan menaikkan suku bunga belum sepenuhnya efektif.
  • Krisis Perumahan: Harga rumah melambung ke level yang membuat kepemilikan rumah sulit dijangkau.
  • Kenaikan Utang Nasional: Rasio utang terhadap PDB terus meningkat, menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas jangka panjang.
  • Peningkatan Kemiskinan Anak: Penghentian program kredit pajak anak yang diperluas mendorong jutaan anak kembali ke dalam kemiskinan.

 

Kebijakan Awal Trump dan Implikasinya

Trump mengawali kepemimpinannya dengan fokus pada kebijakan proteksionis dan deregulasi.  Trump memiliki dukungan politik yang kuat untuk melaksanakan agendanya, termasuk kendali Partai Republik atas Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, serta mayoritas konservatif di Mahkamah Agung.

Dengan Partai Republik yang memimpin Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat setelah pemilu bulan November, dan dengan mayoritas konservatif 6-3 di Mahkamah Agung, Trump akan memiliki kekuasaan yang luas untuk menerapkan perubahan besar terhadap perekonomian yang ia janjikan saat kampanye. Presiden mendatang telah berjanji untuk memulai banyak perubahan tersebut pada Hari Pertama tanpa menunggu undang-undang.

Presiden baru ini berencana memulai banyak kebijakannya tanpa menunggu legislasi, seperti:

  • Pengenaan tarif dagang baru: Tarif ini bertujuan melindungi industri domestik tetapi dapat meningkatkan biaya bagi konsumen.
  • Persiapan deportasi massal: Langkah ini dapat menciptakan ketegangan sosial dan ekonomi, terutama di sektor yang bergantung pada tenaga kerja imigran.

Trump juga berencana untuk memprioritaskan eksplorasi minyak dan gas domestik sebagai upaya mengurangi inflasi energi, sambil mengurangi insentif untuk energi terbarukan. Langkah ini diperkirakan akan memicu reaksi keras dari komunitas lingkungan dan negara-negara mitra dagang.

 

Tantangan dan Prospek ke Depan

  1. Inflasi: Trump diwarisi ekonomi dengan inflasi yang tinggi. Kebijakannya untuk mengurangi regulasi dan mempromosikan produksi energi domestik dapat membantu menekan harga energi, tetapi efeknya pada inflasi keseluruhan masih belum jelas.
  2. Perdagangan Internasional: Kebijakan tarif yang agresif dapat memicu retaliasi dari mitra dagang utama seperti Uni Eropa dan China, yang berpotensi mengganggu rantai pasok global dan memperburuk ketegangan perdagangan.
  3. Stabilitas Keuangan: Dengan utang nasional yang terus meningkat, Trump akan menghadapi tekanan untuk mengendalikan pengeluaran pemerintah sambil memenuhi janji pemotongan pajak. Ketidakseimbangan fiskal ini dapat memperburuk risiko pasar obligasi dan nilai tukar dolar.
  4. Ketahanan Sosial: Deportasi massal yang direncanakan berpotensi menciptakan kekacauan di pasar tenaga kerja, terutama di sektor seperti pertanian, konstruksi, dan layanan, yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran.

Trump memulai masa jabatan keduanya dengan ekonomi yang kuat tetapi rentan terhadap masalah struktural. Kebijakan ambisiusnya dapat membawa dampak positif jangka pendek, seperti pertumbuhan ekonomi dan pengurangan inflasi energi, tetapi juga menimbulkan risiko besar dalam jangka panjang, termasuk meningkatnya ketegangan perdagangan dan ketidakstabilan sosial.

Bagi para investor  ada baik nya melakukan :

  1. Diversifikasi Portofolio: Eksposur terhadap aset internasional dapat melindungi dari risiko yang terkait dengan kebijakan perdagangan proteksionis.
  2. Pantau Kebijakan Pajak dan Regulasi: Perubahan mendadak dalam kebijakan fiskal dan regulasi dapat menciptakan peluang atau risiko baru.
  3. Antisipasi Ketidakpastian Pasar: Volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi, terutama di pasar mata uang dan energi, sehingga penting untuk mengadopsi strategi lindung nilai.

Dengan kebijakan yang masih dalam tahap awal, masa depan ekonomi AS akan sangat dipengaruhi oleh eksekusi strategi Trump. Dengan pendekatan yang cermat, investor dan pelaku pasar dapat memanfaatkan peluang ini dengan cermat dan kritis untuk melihat resiko dengan perubahan di pasar yang sangat dinamis.