(Vibiznews – Economy & Business) Dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengemukakan visi ekonomi yang ambisius untuk membawa Amerika ke era yang disebutnya sebagai “masa keemasan.” Berpidato di Capitol Rotunda, Trump menyampaikan agenda “America First”, dengan fokus pada kebijakan proteksionis, pengendalian inflasi, ketahanan energi domestik, dan reformasi imigrasi.
“Masa keemasan Amerika dimulai sekarang,” katanya. “Dari hari ini dan seterusnya, negara kita akan makmur, dihormati di seluruh dunia, dan tidak lagi dimanfaatkan oleh bangsa lain. Dalam setiap keputusan yang saya buat, Amerika akan selalu didahulukan.”
Trump menggarisbawahi empat pilar utama kebijakan ekonominya yang telah menjadi tema sentral kampanyenya. Namun, kebijakan ini mengundang beragam opini, baik dari pendukung maupun kritikus. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai keempat pilar tersebut:
- Tarif pada Perdagangan Luar Negeri
Salah satu kebijakan utama Trump adalah pendirian “External Revenue Service”, lembaga baru yang akan bertugas mengelola tarif, bea masuk, dan pendapatan dari perdagangan internasional. Trump menyatakan, ini akan menjadi cara bagi Amerika untuk mendapatkan “uang besar” dari mitra dagang luar negeri seperti China, Kanada, dan Meksiko.
Namun, penerapan tarif tinggi berpotensi memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Para ekonom memperingatkan bahwa beban biaya tarif sering kali diteruskan kepada konsumen dalam negeri, yang berarti harga barang impor dapat meningkat. Akibatnya, inflasi bisa kembali naik, meskipun salah satu tujuan utama Trump adalah mengendalikannya.
Selain itu, pembentukan lembaga federal baru seperti External Revenue Service memerlukan persetujuan dari Kongres. Proses legislasi ini kemungkinan akan menghadapi perdebatan sengit, mengingat kebijakan tarif sering kali menjadi isu yang memecah belah di Washington.
Penerapan tarif tinggi dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dari perdagangan internasional, yang pada awalnya dapat memberikan persepsi bahwa ekonomi AS lebih kuat. Hal ini berpotensi menarik investor global ke aset berbasis dolar, seperti obligasi AS, sehingga mendorong penguatan nilai dolar. Sebalik nya jika tarif menyebabkan kenaikan harga barang impor dan memicu inflasi, Federal Reserve mungkin harus mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang agresif. Hal ini dapat memperlambat ekonomi domestik dan mengurangi daya saing ekspor AS, yang pada akhirnya melemahkan dolar di jangka menengah hingga panjang.
- Memerangi Inflasi
Trump berjanji untuk menekan inflasi yang selama beberapa tahun terakhir menjadi perhatian utama masyarakat Amerika. “Kita akan gunakan semua sumber daya pemerintah untuk menurunkan biaya hidup,” katanya.
Meski inflasi telah turun dari puncaknya di angka 9,1% pada pertengahan 2022 menjadi 2,9% pada Desember, biaya hidup tetap lebih tinggi dibandingkan masa pra-pandemi. Trump menyalahkan kebijakan moneter dan fiskal selama masa pemerintahan Biden atas inflasi yang memukul daya beli masyarakat.
Namun, langkah Trump untuk menekan inflasi melalui kebijakan tarif dan promosi bahan bakar fosil menghadirkan dilema. Sementara tarif berpotensi menaikkan harga barang impor, ketergantungan pada energi fosil dapat menciptakan instabilitas harga minyak yang sering kali fluktuatif di pasar global.
Jika kebijakan Trump berhasil menurunkan inflasi melalui stabilisasi harga energi dan upaya lain, hal ini dapat menciptakan stabilitas ekonomi yang mendukung kepercayaan terhadap dolar. Investor cenderung membeli dolar dalam situasi ekonomi yang stabil dan terkendali. Akan tetapi jika inflasi tetap tinggi akibat dampak kebijakan proteksionis seperti tarif, nilai dolar bisa tertekan karena investor mungkin melihat peningkatan risiko terhadap ekonomi AS.
- Ketahanan Energi dan Promosi Pengeboran Minyak
Trump menekankan pentingnya ketahanan energi domestik sebagai strategi untuk menekan biaya energi dan, pada akhirnya, inflasi. Ia mengkritik kebijakan energi hijau pemerintahan sebelumnya dan mengumumkan rencana untuk mengeluarkan perintah eksekutif yang akan membuka lebih banyak lahan untuk pengeboran minyak dan gas.
“Kita akan menyatakan Darurat Energi Nasional,” ujarnya. “Amerika akan kembali menjadi pemimpin energi dunia.”
Namun, kebijakan ini menuai kritik tajam dari kelompok lingkungan dan pendukung energi terbarukan. Mereka berpendapat bahwa investasi besar-besaran dalam bahan bakar fosil tidak hanya memperburuk perubahan iklim tetapi juga menjauhkan Amerika dari tren global menuju energi bersih.
Meningkatkan produksi minyak domestik dapat mengurangi ketergantungan AS pada impor energi, yang berpotensi memperbaiki neraca perdagangan. Penguatan neraca perdagangan sering kali mendukung nilai dolar. Sebaliknya jika pasar global merespons kebijakan ini dengan memotong permintaan terhadap minyak AS atau memulai perang harga, hal ini dapat menekan pendapatan sektor energi AS dan menciptakan ketidakpastian ekonomi, yang dapat melemahkan dolar.
- Reformasi Imigrasi dan Deportasi Massal
Imigrasi menjadi salah satu isu yang paling kontroversial dalam pidato Trump. Ia berjanji untuk mendeportasi jutaan imigran tanpa izin, mendeklarasikan darurat nasional di perbatasan selatan, dan mengerahkan militer untuk menghentikan arus masuk imigran ilegal.
“Kita akan memulihkan hukum dan ketertiban di perbatasan kita,” katanya. “Imigran ilegal akan dipulangkan, dan kita akan mengutamakan warga negara Amerika.”
Kebijakan ini memiliki dampak besar pada ekonomi, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada tenaga kerja imigran, seperti konstruksi, pertanian, dan layanan. Deportasi massal berpotensi menciptakan kekurangan tenaga kerja, meningkatkan biaya produksi, dan akhirnya memengaruhi harga barang dan jasa.
Deportasi imigran mungkin meningkatkan peluang kerja bagi penduduk lokal, yang dapat meningkatkan konsumsi domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika ini terjadi, kepercayaan terhadap dolar dapat meningkat.
Pidato pelantikan Trump mencerminkan agenda ekonomi yang berani dan penuh kontroversi.
Beberapa implikasi penting dari kebijakan-kebijakan ini meliputi:
- Potensi Ketegangan Perdagangan
Kebijakan tarif tinggi dapat memicu perang dagang dengan mitra dagang utama seperti China dan Uni Eropa. Ketegangan semacam ini dapat berdampak negatif pada ekspor Amerika dan mengganggu rantai pasokan global. - Konflik Kebijakan Inflasi
Langkah Trump untuk menurunkan inflasi berpotensi bertentangan dengan kebijakan tarifnya yang justru bisa menaikkan harga barang impor. Ini menciptakan dilema dalam pelaksanaan kebijakan. - Dampak Lingkungan dan Iklim
Fokus pada bahan bakar fosil dapat memperburuk dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketergantungan Amerika pada energi yang tidak berkelanjutan. - Konsekuensi Sosial dan Ekonomi dari Deportasi
Deportasi massal dapat menciptakan dampak sosial yang signifikan, termasuk perpecahan komunitas dan ketegangan etnis. Selain itu, kekurangan tenaga kerja di sektor tertentu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat melemahkan dolar Amerika
Langkah-langkah ekonomi yang diumumkan Trump dalam pidatonya menunjukkan pendekatan yang agresif dan proteksionis untuk memperkuat ekonomi Amerika. Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk menavigasi tantangan legislatif, internasional, dan domestik yang kompleks.
Apakah rencana Trump akan membawa Amerika menuju masa keemasan atau justru menciptakan tantangan baru?