Data Inflasi AS Bulan Januari Melebihi Ekspektasi, Mayoritas Saham Wall Street Menurun

234
wall street

(Vibiznews – Index) – Bursa Wall Street alami tekanan jual terhadap mayoritas sahamnya merespon data inflasi AS bulan Januari pada perdagangan yang berakhir Kamis dinihari (13/2/2025).

Indeks Nasdaq yang sebelumnya jatuh cukup signifikan berhasil rebound dengan kenaikan yang moderat, naik 0,1% menjadi 19.649,95. Dow Jones dan  S&P 500 berakhir di zona merah dengan masing-masing turun  0,5% dan  0,3%.

Tekanan jual sepanjang sesi di Wall Street terjadi setelah rilis data inflasi AS pada bulan Januari meningkat lebih dari ekspektasi. Data inflasi bulanan naik  0,5%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0,3% setelah sebelumnya  naik 0,4 persen pada bulan Desember.

Untuk tingkat tahunan, inflasi  meningkat menjadi 3% pada bulan Januari yang diperkirakan tidak berubah dari  2,9% pada bulan Desember. Kemudian data inflasi inti  naik 0,4%, lebih tinggi dari perkiraan 0,3% setelah naik tipis 0,2% pada bulan Desember.

Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan diatas meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan menahan suku bunga untuk jangka waktu yang lama.

Demikian juga pidato Ketua Fed Jerome Powell hari kedua di Kongres AS menyatakan  bank sentral dapat  mempertahankan pengekangan kebijakan lebih lama  jika inflasi tidak terus bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.

Namun tekanan jual merespon data inflasi tersebut diimbangi oleh pemberitaan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan pengecualian terhadap tarif timbal balik yang mungkin akan diumumkannya paling cepat pada hari Kamis.

Secara sektoral, pelemahan dipimpin oleh saham produsen minyak dengan NYSE Arca Oil Index turun sebesar 2,9%.

Pelemahan signifikan juga tetap terlihat pada  saham perumahan yang sensitif terhadap suku bunga, Philadelphia Housing Sector Index merosot 1,7%.

Untuk pergerakan saham sebaliknya terlihat pada saham  emas yang melaju kuat meskipun ada penurunan yang moderat pada harga logam mulia tersebut.