(Vibiznews – Forex) Indeks dolar (DXY00) pada hari Rabu berakhir naik terpicu kekhawatiran perang dagang dapat meningkatkan inflasi.
Indeks dolar AS ditutup naik 0,14% pada 103,59.
Dolar AS naik terpicu kekhawatiran eskalasi perang dagang akan meningkatkan inflasi dan membuat kebijakan Fed tetap ketat setelah tarif AS untuk baja dan aluminium mulai berlaku, dan UE dan Kanada membalas dengan mengenakan tarif pada beberapa barang AS.
Namun kenaikan dolar AS dikurangi setelah data inflasi AS bulan Februari melambat, faktor dovish untuk kebijakan Fed.
Inflasi AS bulan Februari naik +0,2% m/m dan +2,8% y/y, lebih lemah dari ekspektasi +0,3% /m dan +2,9% y/y.
Inflasi inti AS, non-pangan dan energi naik +0,2% m/m dan +3,1% t/t, lebih rendah dari ekspektasi +0,3% m/m dan +3,2% t/t, dengan kenaikan +3,1% t/t merupakan kenaikan tahun-ke-tahun terkecil dalam 3-3/4 tahun.
Selain itu, kekuatan pasar saham pada hari Rabu mengurangi permintaan likuiditas untuk dolar.
Perhatian pasar minggu ini akan difokuskan pada kebijakan perdagangan AS karena tarif 25% untuk impor baja dan aluminium AS mulai berlaku hari Rabu.
Juga malam nanti akan dirilis inflasi harga produsen (PPI) AS bulan Februari yang diperkirakan akan turun menjadi +3,2% t/t dari +3,5% t/t pada bulan Januari.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 1% untuk penurunan suku bunga -25 bp pada pertemuan FOMC berikutnya pada 18-19 Maret.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks dolar AS akan bergerak turun dengan melambatnya data inflasi AS bulan Februari. Namun jika perkembangan tarif kembali meningkat ekskalasinya, akan dapat menguatkan dolar AS. Malam nanti jika data PPI AS Februari terealisir turun, akan menekan dolar AS. Indeks dolar AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Support 103,37-103,14. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance 103,80-104,00.