(Vibiznews – Forex) Indeks dolar AS berakhir naik pada hari Kamis terpicu eskalasi perang dagang yang akan meningkatkan inflasi dan membuat kebijakan Fed tetap ketat.
Indeks dolar AS ditutup naik 0,23% pada 103,83.
Presiden AS Trump mengancam akan memberlakukan tarif 200% pada anggur Eropa, sampanye, dan minuman beralkohol lainnya pada hari Kamis malam jika Uni Eropa tidak mencabut pajak pada wiski AS.
Kenaikan dolar AS juga terbantu pelemahan pasar saham yang meningkatkan permintaan likuiditas untuk dolar.
Data klaim pengangguran mingguan secara tak terduga turun, juga menguatkan dolar AS.
Klaim pengangguran awal mingguan AS secara tak terduga turun -2.000 menjadi 220.000, menunjukkan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari ekspektasi kenaikan menjadi 225.000.
Namun kenaikan dolar AS dibatasi oleh inflasi harga produsen Februari yang naik kurang dari yang diharapkan.
Inflasi harga produsen (PPI) AS Februari tidak berubah b/b dan naik +3,2% t/t, lebih lemah dari ekspektasi +0,3% b/b dan +3,3% t/t. Selain itu, PPI Februari ex-food dan energi turun -0,1% b/b dan naik +3,4% t/t, lebih lemah dari ekspektasi +0,3% b/b dan +3,5% t/t.
Perhatian pasar untuk hari ini akan difokuskan pada kebijakan perdagangan AS.
Juga akan dicermati indeks sentimen konsumen Maret dari University of Michigan diperkirakan turun -1,2 menjadi 63,5.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 1% untuk pemotongan suku bunga sebesar -25 bp pada pertemuan FOMC berikutnya pada tanggal 18-19 Maret.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks dolar AS akan mencermati perkembangan kebijakan tarif impor AS, yang jika semakin meningkatkan eskalasi perang dagang dan memicu kenaikan inflasi, akan menguatkan dolar AS. Namun jika malam nanti data indeks sentimen konsumen Maret dari University of Michigan terealisir turun, akan menekan dolar AS. Indeks dolar AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance 104,11-104,38. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support 103,53-103,22.



