(Vibiznews – Index) – Mayoritas saham Wall Street alami tekanan jual cukup signifikan merespon sikap Presiden Trump atas tarif balasan Uni Eropa pada perdagangan yang berakhir Jumat dinihari (14/3/2025).
Indeks utama Wall Street berakhir di posisi terendah dalam 6 bulan dengan S&P 500 memasuki wilayah koreksi lebih dari 10% di bawah rekor tertinggi Februari.
Nasdaq anjlok 2% menjadi 17.303,01, S&P 500 merosot 1,4% menjadi 5.521,52 dan Dow Jones anjlok 1,3% menjadi 40.813,57.
Tekanan jual di Wall Street terjadi di tengah kekhawatiran yang berkelanjutan tentang kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump setelah ia menyarankan AS akan menanggapi tindakan balasan Uni Eropa (UE) dengan tarif yang lebih banyak lagi.
Sebelumnya Uni Eropa menetapkan tarif balasan pada barang-barang AS senilai sekitar $28 miliar dan Trump mengindikasikan AS akan bereaksi dengan tarif timbal balik
Dalam postingannya di sosial media, Presiden Trump juga sampaikan akan mengenakan tarif 200% pada semua anggur, sampanye, dan produk alkohol yang keluar dari Uni Eropa sebagai tarif balasan sebesar 50 persen untuk wiski.
Dari laporan ekonomi, sentimen pasar tidak terpengaruh data yang menunjukkan harga produsen di AS secara tak terduga tetap datar pada bulan Februari. Data PPI tidak berubah pada bulan Februari setelah naik 0,6% pada bulan Januari, melebihi ekspektasi kenaikan 0,3%.
Secara sektoral, pelemahan dipimpin oleh saham perangkat keras komputer hingga menekan NYSE Arca Computer Hardware turun 2,9%.
Pelemahan signifikan juga terlihat di antara saham ritel, dengan Dow Jones U.S. Retail Index anjlok 2,6%.
Saham perangkat lunak juga mengalami pelemahan yang cukup besar dengan Dow Jones U.S. Software Index anjlok 2,3%.
Saham Adobe memimpin penurunan sektor ini denga anjlok 13,9% setelah melaporkan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan tetapi memberikan panduan kuartal kedua yang mengecewakan.
Sementara itu pergerakan sebaliknya terlihat pada saham emas di tengah kenaikan tajam harga logam mulia.