Dolar AS Akhir Pekan Merosot Terendah 3 Tahun Tertekan Perang Dagang AS-Tiongkok

160

(Vibiznews – Forerx) Indeks dolar AS pada hari Jumat berakhir turun dan mencatatkan level terendah dalam 3 tahun, tertekan kekhawatiran ketegangan perang dagang AS-Tiongkok akan menekan ekonomi dan menyebabkan stagflasi.

Indeks dolar AS ditutup turun 0,41% pada 100,10.

Pada hari Jumat, Tiongkok menaikkan tarif untuk semua barang AS menjadi 125% dari 84% sebagai balasan atas kenaikan tarif AS untuk barang-barang Tiongkok menjadi 145%.

Dolar AS merosot ke level terendahnya pada hari Jumat setelah indeks sentimen konsumen AS bulan April dari University of Michigan turun lebih dari yang diperkirakan ke level terendah dalam 2-3/4 tahun.

Indeks sentimen konsumen AS April dari University of Michigan turun -6,2 ke level terendah 2-3/4 tahun di angka 50,8, lebih lemah dari ekspektasi di angka 53,5.

Universitas Michigan AS memperkirakan ekspektasi inflasi 1 tahun April melonjak menjadi 6,7%, lebih tinggi dari ekspektasi 5,2% dan tertinggi sejak 1981. Selain itu, ekspektasi inflasi 5-10 tahun April naik menjadi 4,4%, lebih tinggi dari ekspektasi 4,3% dan tertinggi sejak 1991.

Demikian juga dolar AS tertekan oleh laporan PPI menunjukkan harga produsen bulan Maret secara tak terduga menurun, faktor dovish untuk kebijakan Fed.

Data PPI AS Maret secara tak terduga menurun menjadi +2,7% thn/thn dari +3,2% thn/thn pada bulan Februari, lebih baik dari ekspektasi kenaikan menjadi +3,3% thn/thn dan laju kenaikan paling lambat dalam 6 bulan. PPI Maret ex-food dan energi juga secara tak terduga menurun menjadi +3,3% thn/thn dari +3,6% thn/thn pada bulan Februari, lebih baik dari ekspektasi kenaikan menjadi +3,6% thn/thn.

Namun pelemahan dolar AS dikurangi komentar pejabat Fed yang agresif.

Presiden Fed Minneapolis Kashkari mengatakan potensi dampak inflasi dari tarif membuat Fed cenderung tidak menurunkan suku bunga, bahkan saat ekonomi sedang melemah.

Demikian juga Presiden Fed New York Williams mengatakan, “Sikap kebijakan moneter yang agak ketat saat ini sepenuhnya tepat mengingat pasar tenaga kerja yang solid dan inflasi masih di atas target 2% kami.” Ia menambahkan bahwa ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, pengangguran yang lebih tinggi, dan kenaikan inflasi karena kebijakan tarif AS dan pengurangan imigrasi.

Presiden Fed St. Louis Musalem memperingatkan tentang stagflasi dalam ekonomi AS akibat tarif, dengan mengatakan ada risiko jangka pendek bahwa inflasi akan meningkat sementara pasar tenaga kerja melemah.

Pasar memperkirakan peluang sebesar 25% untuk penurunan suku bunga -25 bp setelah pertemuan FOMC 6-7 Mei, turun dari peluang 30% minggu lalu.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks dolar AS masih akan menghadapi ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, yang masih akan dapat menekan indeks dolar AS. Pada minggu mendatang akan banyak pernyataan dari para pejabat Fed, termasuk ketua Fed Jerome Powell. Juga akan mencermati data ekonomi dan data perumahan AS. Indeks dolar AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Support 99,16-98,21. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance 100,90-101,69.