Dampak Tarif AS Terhadap Ekonomi Jepang: Sikap BOJ dan Proyeksi Kebijakan ke Depan

720

(Vibiznews – Economy & Business) Dalam situasi global yang semakin tidak pasti, pernyataan Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, menjadi sorotan utama pelaku pasar dan pengamat kebijakan moneter. Dalam wawancara dengan harian ekonomi Jepang Sankei, Ueda menegaskan bahwa Bank Sentral Jepang akan mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan tambahan apabila tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump mulai memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Jepang.

Kekhawatiran Baru dari Kebijakan Tarif AS

Sejak diumumkannya kebijakan tarif AS yang mencapai hingga 145% pada beberapa produk impor dari China dan negara lainnya, kekhawatiran terhadap dampak  global mulai meningkat. Jepang, sebagai salah satu negara dengan perekonomian sangat bergantung pada ekspor, termasuk yang paling rentan terhadap guncangan eksternal seperti ini. Ueda menyampaikan bahwa sejak Februari, risiko dari kebijakan Presiden Trump mulai mengarah ke skenario terburuk yang telah diperkirakan BOJ sebelumnya.

“Kebijakan tarif ini telah memengaruhi kepercayaan korporasi dan rumah tangga,” ujar Ueda, seraya menambahkan bahwa BOJ akan terus menaikkan suku bunga “dengan kecepatan yang sesuai” jika perekonomian masih berkembang sesuai proyeksi. Namun ia juga menekankan bahwa BOJ tidak akan ragu untuk menyesuaikan kebijakan jika tarif tersebut mulai menekan pertumbuhan ekonomi.

Sinyal Penundaan Kenaikan Suku Bunga

Pernyataan Ueda memberi sinyal kuat bahwa BOJ kemungkinan akan menahan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan tanggal 30 April–1 Mei mendatang. BOJ baru saja menaikkan suku bunga ke 0,5% pada Januari lalu, setelah mengakhiri era stimulus moneter besar-besaran yang berlangsung lebih dari satu dekade.

Pasar sebelumnya memperkirakan kenaikan suku bunga lanjutan akan terjadi pada pertengahan tahun, namun kini ekspektasi tersebut mulai bergeser ke bulan September. “Pernyataan Ueda menegaskan kekhawatiran mendalam BOJ terhadap dampak tarif. Ini memperkuat pandangan kami bahwa kenaikan suku bunga berikutnya kemungkinan terjadi pada September, bukan Juli,” kata Yusuke Matsuo, Ekonom Senior dari Mizuho Securities.

Dampak Langsung terhadap Ekspor dan Konsumsi

Dalam wawancaranya, Ueda secara eksplisit menyebut bahwa kenaikan tarif impor AS kemungkinan akan memukul ekspor Jepang dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi, yang pada akhirnya bisa menurunkan konsumsi rumah tangga.

Situasi ini menjadi semakin kompleks mengingat Jepang baru saja memulai negosiasi dagang bilateral dengan Amerika Serikat, dengan harapan bisa mendapatkan pengecualian atau keringanan tarif. Namun, selama negosiasi belum membuahkan hasil konkret, perekonomian Jepang akan tetap dibayangi ketidakpastian tinggi.

Volatilitas Pasar Bisa Menambah Beban

Ueda juga menyampaikan bahwa pergerakan nilai tukar dan pasar saham sulit diprediksi, namun dampaknya terhadap perekonomian akan terus dipantau secara ketat oleh BOJ.

Inflasi dan Risiko Dua Arah

Terkait inflasi, Ueda memperkirakan bahwa tekanan dari inflasi pangan domestik akan mulai mereda. Di sisi lain, upah riil yang selama ini tertekan diperkirakan akan mulai tumbuh positif dan terus meningkat dari pertengahan tahun. Ini menjadi salah satu faktor yang menopang optimisme BOJ terhadap target inflasi 2%.

Namun, Ueda juga mengingatkan adanya risiko dua arah terhadap inflasi:

  1. Risiko ke atas (upside risk): Jika tarif AS menyebabkan gangguan rantai pasok atau menambah tekanan pada harga makanan impor, maka inflasi bisa meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan.
  2. Risiko ke bawah (downside risk): Jika kenaikan biaya hidup menyebabkan penurunan konsumsi, maka harga barang dan jasa justru bisa stagnan atau melambat.

Untuk menyempurnakan proyeksi ekonomi kuartal berikutnya, BOJ tidak hanya akan melihat data statistik, tetapi juga hasil survei dan wawancara langsung dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Proyeksi pertumbuhan dan inflasi baru ini akan dirilis bersamaan dengan rapat kebijakan pada 1 Mei mendatang.

Negosiasi Dagang Jepang-AS dan Dampaknya

Minggu ini, Jepang mulai membuka negosiasi dagang bilateral dengan AS, dengan harapan mendapatkan konsesi atau pengecualian tarif. Hal ini sangat krusial karena Jepang adalah negara yang sangat bergantung pada ekspor, dan tarif tinggi dari AS bisa menjadi pukulan besar bagi perekonomian.

Ueda juga dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF di Washington minggu depan, di mana dampak tarif AS terhadap ekonomi global akan menjadi topik utama dalam diskusi para pembuat kebijakan.

Dalam konteks kebijakan domestik, BOJ telah mengambil langkah berani dengan mengakhiri program pelonggaran moneter ultra-longgar yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Namun dengan suku bunga yang masih berada di 0,5%, ruang bagi BOJ untuk ber manuver tetap terbatas jika tekanan eksternal meningkat.

Meskipun sebagian besar analis masih memperkirakan langkah BOJ berikutnya adalah kenaikan suku bunga, kompleksitas geopolitik dan tekanan eksternal membuat waktu dan besarnya kenaikan menjadi sangat bergantung pada dinamika yang berkembang dalam beberapa bulan ke depan.

Pernyataan terbaru dari Kazuo Ueda menunjukkan bahwa:

  • BOJ mulai waspada terhadap risiko eksternal, terutama dari kebijakan perdagangan AS.
  • Jika tarif AS terus membebani ekspor dan konsumsi domestik, BOJ bisa menunda rencana kenaikan suku bunga.
  • Keputusan kebijakan moneter berikutnya akan sangat bergantung pada proyeksi ekonomi baru dan hasil dari pembicaraan dagang dengan AS.

Keputusan kebijakan selanjutnya akan sangat bergantung pada hasil negosiasi dagang Jepang-AS, perkembangan inflasi domestik, dan sentimen pelaku usaha dan rumah tangga. Dalam waktu dekat, pasar menunggu rilis proyeksi ekonomi baru dari BOJ dan arah kebijakan yang akan dipilih dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tahun 2025.

Untuk sementara, pasar melihat April sebagai momen untuk “tahan posisi”, dan potensi kenaikan berikutnya kemungkinan ditunda hingga Juli atau September 2025, tergantung perkembangan selanjutnya