Gelombang Tarif Trump: Dampak Awal Terhadap Ekonomi Global

711
Indonesia Tarif
Sumber: Youtube

(Vibiznews – Economy & Business) Tiga minggu setelah Presiden AS Donald Trump secara efektif memulai perang dagang terhadap hampir seluruh dunia. Berbagai proyeksi ekonomi dan survei bisnis mulai memperlihatkan dampak awal dari kebijakan tersebut, menurut laporan yang disampaikan melalui Deccan Herald.

Kebijakan “America First” yang digagas oleh Presiden Trump, telah memicu gelombang tarif global yang berdampak pada stabilitas ekonomi dunia. Dengan tujuan melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan, Trump menerapkan tarif impor yang agresif terhadap mitra dagang utama seperti China, Uni Eropa, dan Meksiko. Langkah ini bukan sekadar kebijakan bilateral, melainkan sebuah perubahan paradigma yang mengancam sistem perdagangan global yang selama ini dibangun atas dasar keterbukaan dan integrasi ekonomi lintas negara.

Dampak Awal Terhadap Ekonomi Global

a. Pemangkasan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan akan menurunkan proyeksi pertumbuhan global, meskipun belum memprediksi resesi. Ini menandakan bahwa kepercayaan terhadap arah ekonomi global mulai goyah. Beberapa alasan pemangkasan ini:

  • Ketidakpastian global menahan investasi dan perdagangan
  • Turunnya ekspor lintas negara
  • Gangguan rantai pasok global akibat tarif-tarif tinggi

b. Kenaikan Inflasi

Tarif impor menaikkan harga barang, terutama barang konsumsi yang selama ini diimpor dengan harga lebih murah. Ini menyebabkan kenaikan inflasi di banyak negara, termasuk AS sendiri. Kenaikan biaya produksi dan distribusi juga memicu efek domino ke sektor lain.

c. Gejolak di Pasar Keuangan

Ketidakpastian berkepanjangan, seperti disampaikan IMF ber potensi memicu gejolak di pasar keuangan global, seperti:

  • Volatilitas di pasar saham dan obligasi
  • Perubahan aliran modal (capital flows)
  • Tekanan terhadap mata uang negara berkembang

Dua ekonom Bloomberg (Isakov & Dupita) menunjukkan bahwa:

“IMF cenderung terlalu optimis saat krisis besar. Dalam 4 krisis besar terakhir, mereka sering meremehkan dampak awal terhadap pertumbuhan.”

Dengan kata lain, meskipun IMF menyatakan tidak ada resesi, sejarah menunjukkan bahwa realitas biasanya sangat berbeda dengan prediksi di awal

 Sikap Bank Sentral Dunia: Menunggu dan Waspada

AS (Federal Reserve)

  • Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan mereka akan menunggu kejelasan sebelum mengubah kebijakan suku bunga.
  • Ini berarti The Fed khawatir terhadap risiko jangka pendek, tapi juga tidak ingin bertindak terburu-buru karena masih banyak faktor yang belum pasti.

 Eropa (ECB)

  • Christine Lagarde tidak bisa memastikan apakah ketidakpastian sudah mencapai puncaknya atau belum.
  • Ini mencerminkan ketidakpastian ekstrem yang dirasakan otoritas moneter Eropa akibat ketegangan dagang global.

Harapan dari Pertemuan G20 & IMF

Georgieva berharap pertemuan penting di Washington, termasuk pertemuan Menteri Keuangan G20 bisa menjadi ajang untuk:

  • Meredakan ketegangan dagang
  • Menghindari retaknya sistem perdagangan multilateral
  • Memulai dialog solusi secara konstruktif

“Kita butuh ekonomi global yang tangguh, bukan yang semakin terpecah-pecah,” tegasnya.

Namun, perlu dicatat bahwa forum-forum semacam ini hanya bisa menjadi wadah diskusi. Implementasi konkret tetap bergantung pada komitmen politik masing-masing negara.

Data Ekonomi yang Menjadi Sorotan Global

Minggu ini menjadi momen penting dalam penilaian awal dampak perang dagang, ditandai dengan rilis sejumlah indikator utama:

Data PMI (Purchasing Managers’ Index)

  • Jepang, Eropa, AS, Australia, India akan melaporkan data aktivitas sektor manufaktur dan jasa.
  • Data ini akan memberikan gambaran konkret apakah industri global mulai melambat.

Data Ekonomi Lainnya:

  • Indonesia merilis data perdagangan Maret → indikator kekuatan sektor eksternal sebelum tarif berlaku
  • Selandia Baru, Taiwan, Hong Kong: data perdagangan dan ketenagakerjaan
  • Malaysia, Singapura, Korea Selatan: data inflasi dan kepercayaan konsumen
  • Jepang: inflasi Tokyo dan penjualan ritel
  • AS: laporan Beige Book, revisi sentimen konsumen dari University of Michigan

Dampak di Kawasan Amerika Latin

Beberapa negara di Amerika Latin juga ikut terdampak:

  • Kolombia: Data ekonomi mengalahkan ekspektasi , ada revisi naik proyeksi 2025
  • Paraguay: Inflasi melonjak, kemungkinan naikkan suku bunga dari 6%
  • Brasil: Inflasi pertengahan April bisa kembali melampaui target bank sentral
  • Meksiko: Risiko resesi teknikal jika kontraksi berlanjut di kuartal kedua berturut-turut

Ini menunjukkan bahwa tarif AS tidak hanya berdampak pada mitra utama, tapi juga menjalar ke pasar negara berkembang lainnya.

Risiko Jangka Menengah dan Panjang

Jika ketegangan dagang terus berlanjut, maka:

  • Rantai pasokan global akan terganggu, membuat produksi di berbagai negara menjadi lebih mahal dan tidak efisien.
  • Investasi lintas negara akan tertunda karena pelaku usaha menunggu kejelasan arah kebijakan.
  • Negara berkembang bisa paling terdampak, karena mereka lebih rentan terhadap gejolak pasar dan ketergantungan terhadap ekspor ke negara besar seperti AS dan China.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia juga terkena imbas secara tidak langsung:

  • Tarif global membuat permintaan ekspor turun , tekanan pada neraca perdagangan.
  • Ketidakpastian global berdampak pada investor menahan diri, akibatnya arus modal keluar.
  • Rupiah tertekan karena penguatan dolar AS dan capital flight.
  • Inflasi impor (imported inflation) dapat meningkat, terutama jika komponen industri berasal dari negara yang terdampak langsung.

Bank Indonesia kemungkinan akan:

  • Menahan suku bunga untuk menjaga stabilitas moneter,
  • Intervensi di pasar valas untuk menstabilkan rupiah,
  • Terus mencermati kondisi eksternal, khususnya arah kebijakan The Fed.

Kebijakan tarif global yang dicanangkan Trump telah menjadi sejauh  ini dampak yang terlihat sebagai berikut

  • Proyeksi pertumbuhan ekonomi global direvisi turun,
  • Inflasi naik di banyak negara,
  • Sentimen pasar melemah karena ketidakpastian yang berkepanjangan.
  • Ketegangan dagang yang tak kunjung reda  berdampak pada gangguan  rantai pasok global
  • Perlambatan investasi lintas negara
  • Negara berkembang paling rentan terhadap gejolak eksternal.

Meskipun forum internasional memegang peranan penting, solusi jangka panjang sangat bergantung pada perubahan sikap politik dan kerja sama internasional yang konkret. Dunia membutuhkan tatanan perdagangan yang lebih adil dan tangguh, bukan serangkaian tindakan proteksionis yang saling merugikan.

IMF menekankan pentingnya solidaritas dan dialog internasional, terutama melalui forum seperti G20, agar negara-negara besar tidak terus-menerus saling menghukum lewat tarif, tapi mulai membangun sistem perdagangan yang lebih adil dan tangguh.