(Vibiznews – Economy & Business) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Surplus Neraca Perdagangan barang Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 4,33 miliar. Atau meningkat sebesar US$ 1,23 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan surplus pada bulan Maret 2024. Secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia (Januari-Maret 2025) mencapai US$ 10,92 miliar.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia hingga Maret 2025 ini sudah mengalami surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Surplus pada Maret 2025, lebih ditopang oleh komoditas non minyak dan gas (migas) sebesar US$ 6 miliar,” tutur Amalia. Yang disampaikan dalam konferensi pers, Senin (21/4).
Adapun ia menyebut, penyumbang utama surplus nonmigas adalah komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,67 miliar, dengan defisit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,74 miliar.
Penyumbang defisit migas Maret 2025 adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Lebih lanjut, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor.
Pada Maret 2025, kinerja ekspor mencapai US$ 23,25 miliar, mengalami kenaikan baik secara bulanan atau tahunan masing-masing sebesar 5,95% dan 3,16%.
Sedangkan impor mencapai US$ 18,92 miliar, mengalami kenaikan secara bulanan atau tahunan masing-masing sebesar 0,38% mtm dan 5,34%.
Surplus perdagangan nonmigas terbesar terjadi pada negara Amerika Serikat, sementara defisit nonmigas terdalam dengan Tiongkok.
Tiga negara penyumbang surplus terbesar Maret 2025 adalah Amerika Serikat sebesar 1,982.9 juta USD, India 1,040.1 juta USD dan Filipina 714.1 juta USD.
Sementara itu, tiga negara penyumbang defisit terdalam Maret 2025 adalah Tiongkok sebesar -1,113.8 juta USD , Australia sebesar -353.2 juta USD dan Thailand -195.4 juta USD.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



