(Vibiznews – Forex) Para analis Wells Fargo mencatat terjadinya pelemahan tidak biasa pada dolar Amerika Serikat (AS), yang mereka yakini hanya bersifat sementara. Dolar AS, yang biasanya dianggap sebagai mata uang safe-haven (tempat perlindungan aman), cenderung menguat di tengah ketidakpastian kebijakan dan tingginya volatilitas pasar.
Namun, tahun ini terjadi penyimpangan dari pola tersebut, terutama setelah peringatan Hari Pembebasan (Liberation Day), di mana status safe-haven dolar AS dan sifat bebas risiko dari obligasi pemerintah AS (Treasuries) mulai dipertanyakan, sebab ketidakpastian kebijakan dan volatilitas justru muncul dari dalam negeri AS sendiri.
Sebagai respons, pelaku pasar mulai menjual aset yang berbasis dolar AS dan mengurangi kepemilikan pada Treasury, menyebabkan indeks dolar AS (DXY) turun sekitar 8% sepanjang tahun ini.
Meski begitu, Wells Fargo menilai pergerakan ini bersifat tidak biasa. Bahkan di masa-masa penuh tekanan yang berasal dari AS sendiri, seperti saat Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan penurunan peringkat kredit AS, aset-aset berbasis AS tetap menunjukkan kinerja yang relatif baik.
Menurut para analis Wells Fargo, pergeseran saat ini dari aset-aset AS lebih bersifat taktis, bukan karena perubahan fundamental. Mereka melihat pergerakan pasar baru-baru ini hanya sebagai penyesuaian posisi yang bersifat sementara.
Pada awal tahun ini, sentimen pasar sangat bullish (optimistis) terhadap dolar AS, Treasury AS, dan saham-saham AS. Posisi investasi banyak yang terfokus pada aset-aset AS seiring pergantian pemerintahan baru. Saat itu, tantangan ekonomi dinilai lebih berat di luar negeri dibandingkan di dalam negeri AS.
Namun, seiring meningkatnya tantangan di dalam negeri dan mulai luntur narasi “keunggulan AS” (U.S. exceptionalism), terjadi penurunan optimisme yang kemudian berkontribusi pada melemahnya dolar AS belakangan ini.
Pelemahan dolar yang hanya bersifat sementara dikarenakan :
- Karakter Dolar AS Sebagai Safe Haven
Secara historis, dolar AS adalah mata uang perlindungan yang menguat saat dunia menghadapi ketidakpastian besar , baik saat krisis finansial global 2008-2009, gejolak pasar, bahkan saat AS sendiri mengalami masalah seperti penurunan peringkat kredit.
Artinya: secara alami dalam situasi krisis, permintaan dolar biasanya naik, bukan turun.
- Pelemahan Saat Ini Disebabkan Faktor Taktis, Bukan Fundamental
Menurut Wells Fargo, pelemahan dolar saat ini bukan karena fundamental ekonomi AS memburuk secara drastis, melainkan:
- Penyesuaian posisi investor.
Awal tahun, banyak sekali investor yang overweight (berlebihan) pada dolar, Treasury, dan saham AS karena optimisme terhadap ekonomi AS. - Koreksi atas ekspektasi berlebihan.
Ketika masalah dalam negeri (seperti ketidakpastian kebijakan) muncul, investor mengurangi eksposur pada aset AS, tapi ini lebih ke taktik jangka pendek.
Ini bukan sinyal bahwa dolar AS benar-benar “rusak” atau kehilangan statusnya.
- Belum Ada Krisis Fundamental yang Besar di AS
Pelemahan besar dolar biasanya terjadi jika:
- Ada krisis sistemik besar di AS (seperti hancurnya sistem perbankan),
- Atau dolar benar-benar kehilangan statusnya sebagai reserve currency (mata uang cadangan dunia).
Saat ini, situasinya belum separah itu:
- Ekonomi AS masih relatif lebih kuat dibanding banyak negara lain.
- Inflasi AS sudah mulai melandai.
- The Fed masih mempertahankan suku bunga real di level cukup tinggi, menjaga daya tarik aset AS.
Ini sebabnya Wells Fargo melihat pelemahan ini sebagai anomali sementara, bukan perubahan arah jangka panjang.
- Pengaruh Politik dan Kebijakan Sementara
Tahun 2025 ini ada banyak ketidakpastian dari dalam negeri AS:
- Ketegangan politik (misalnya kebijakan fiskal, pemangkasan anggaran, potensi shutdown pemerintah).
- Rencana perubahan besar dalam imigrasi dan tenaga kerja.
Tapi ketidakpastian ini bisa berakhir (tergantung hasil politik/kebijakan), sehingga pelemahan dolar dianggap tidak permanen.
Kapan Dolar Bisa Kembali Kuat?
Berdasarkan analisis Wells Fargo dan kondisi pasar global:
- Kemungkinan besar dolar bisa mulai menguat kembali pada paruh kedua 2025 (sekitar
- Q3 atau Q4 2025).
- Namun, momentum awal bisa mulai terlihat lebih cepat kalau ada:
- Stabilitas politik di AS,
- Pemulihan kepercayaan terhadap aset-aset AS,
- Dan, yang sangat penting, jika bank sentral lain (ECB, BoJ, dll.) memperlihatkan kelemahan lebih besar dibandingkan The Fed.
Jadi, awal tanda-tanda penguatan bisa muncul dalam 3–6 bulan ke depan, dengan catatan ada perbaikan sentimen.
Indikator Kunci yang Harus Diperhatikan untuk Penguatan Dolar:
a) Kebijakan The Fed (Federal Reserve)
- Jika The Fed lebih hawkish dibandingkan bank sentral lain (misal menunda pemangkasan suku bunga atau mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama).
- Suku bunga riil tetap tinggi = menarik investor kembali ke dolar.
Saat ini pasar memperkirakan Fed mulai memotong suku bunga di akhir 2025, tetapi jika inflasi bertahan tinggi, Fed mungkin harus lebih sabar, ini bullish untuk dolar.
b) Performa Ekonomi AS Dibandingkan Dunia
- Data ekonomi AS (seperti PDB, ketenagakerjaan, inflasi) lebih kuat dibandingkan Eropa, Jepang, atau negara berkembang.
- Jika Eropa atau Asia lebih dulu mengalami resesi, sedangkan AS hanya melambat ringan, maka dolar akan jadi pelarian utama.
c) Sentimen Risiko Global (Risk-Off Events)
- Jika muncul kembali ketakutan global: seperti ketegangan geopolitik (contoh: konflik besar, ketegangan di Timur Tengah atau Asia Timur), maka permintaan terhadap aset safe haven (termasuk dolar) akan melonjak.
- Pasar saham jatuh ➔ investor cari tempat aman ➔ dolar menguat.
d) Perbaikan Stabilitas Politik di AS
- Ketidakpastian soal anggaran, hutang, pemilu, kebijakan fiskal, imigrasi, dll., membuat investor ragu.
- Jika ketegangan politik mereda atau hasil pemilu memperjelas arah kebijakan ekonomi, kepercayaan pada dolar akan pulih.
e) Arus Modal dan Likuiditas Global
- Jika likuiditas global mengetat (misalnya karena Fed menahan likuiditas), atau negara berkembang menghadapi tekanan pembiayaan dolar, maka permintaan dolar akan melonjak karena kebutuhan refinancing global.
Jadi dari pemaparan ini, pelemahan ini lebih bersifat anomali jangka pendek dibandingkan perubahan tren fundamental. Seiring waktu, faktor-faktor pendukung seperti ketahanan ekonomi AS, kebijakan moneter yang ketat, dan pergeseran kembali ke aset-aset safe haven berpotensi menguatkan kembali posisi dolar di pasar global.



