Respon The Fed Terhadap Downgrade Moody’s : Wait and See

313
dolar fed

(Vibiznews – Economy & Business) Pejabat Federal Reserve AS pada hari Senin menyampaikan pandangan yang hati-hati terhadap penurunan peringkat kredit pemerintah AS terbaru dan ketidakpastian pasar yang meningkat. Mereka tetap waspada dalam mengelola kebijakan di tengah kondisi ekonomi yang sangat tidak pasti.

Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menegaskan bahwa lembaga tersebut akan memperlakukan penurunan peringkat ini layaknya informasi lainnya yang masuk: sebagai bagian dari evaluasi terhadap kemampuan The Fed dalam mencapai mandatnya, tanpa memberikan komentar terkait dimensi politik ekonomi dari downgrade tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Federal Reserve Bank of Atlanta.

Pada Jumat sebelumnya, Moody’s sebagai sebuah lembaga pemeringkat kredit internasional menurunkan peringkat utang pemerintah AS satu tingkat karena meningkatnya kekhawatiran atas defisit fiskal dan biaya bunga yang terus bertambah dan dianggap berada pada jalur yang tidak berkelanjutan. Ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga pemeringkat besar terakhir yang menurunkan peringkat kredit tertinggi AS.

Walaupun tidak menjadi perhatian langsung The Fed, biaya pinjaman pasar yang lebih tinggi sebagai konsekuensi dari memburuknya posisi keuangan negara bisa membuat kredit lebih mahal dan memperlambat aktivitas ekonomi. Dampak ini, pada akhirnya, masuk ke dalam pertimbangan The Fed dalam menetapkan arah kebijakan moneter serta ekspektasi terhadap jalur ekonomi jangka panjang.

Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, dalam wawancara dengan CNBC, mengatakan bahwa penurunan peringkat “akan berimplikasi pada biaya modal dan sejumlah aspek lainnya, yang bisa menjalar ke seluruh perekonomian.” Ia menambahkan, “kita mungkin perlu menunggu tiga hingga enam bulan untuk melihat ke mana arah kondisi ini berkembang, dan itu akan menjadi faktor penting dalam menentukan sejauh mana minat dan selera investor untuk berinvestasi di AS.”

Risiko Struktural dan Geopolitik

Kekhawatiran terhadap posisi fiskal AS sejatinya bukan hal baru. Pejabat The Fed telah lama memperingatkan bahwa tren utang jangka panjang berada di jalur yang tidak berkelanjutan. Namun, dengan belanja pemerintah yang tetap tinggi, bahkan diperkuat dengan proposal anggaran dari Partai Republik yang berpotensi menambah lebih banyak utang serta kekhawatiran bahwa krisis fiskal akan segera terjadi kini semakin besar.

Selain itu, kebijakan dagang era Trump yang agresif dan tidak konsisten, termasuk penerapan tarif tinggi terhadap banyak negara dalam upaya memulangkan kembali aktivitas manufaktur ke dalam negeri, semakin mengikis kepercayaan pasar terhadap AS sebagai destinasi investasi yang stabil dan dapat diprediksi.

Pada hari Senin, pasar saham mengalami tekanan jual bersamaan dengan kenaikan imbal hasil obligasi. Presiden Donald Trump menyatakan ketidaksetujuannya atas keputusan pemeringkatan dari Moody’s.

AS Masih Menarik, Tapi Ada Pertanyaan

Di sisi lain, Presiden The Fed New York, John Williams, berbicara dalam sebuah konferensi yang diadakan oleh Mortgage Bankers Association di New York. Ia mengakui adanya kekhawatiran di pasar, namun menganggap beberapa dari ketakutan tersebut berlebihan. “Kami telah mendengar selama beberapa bulan terakhir, ada kekhawatiran tentang apakah investor masih ingin menaruh eksposur besar dalam obligasi AS dan aset berbasis dolar, mengingat perubahan kebijakan besar-besaran dan tingginya ketidakpastian ekonomi,” ujar Williams. Namun menurutnya, investor “masih dan terus memandang AS sebagai tempat investasi yang bagus, termasuk dalam instrumen obligasi dan aset pendapatan tetap.”

Neel Kashkari, Presiden The Fed Minneapolis, dalam pernyataannya menyebut bahwa mempertahankan kepercayaan investor dalam jangka panjang akan sangat menentukan apakah tingkat suku bunga pinjaman pemerintah dapat tetap terkendali. “Saat ini muncul tanda tanya besar tentang bagaimana posisi kompetitif AS dibandingkan dengan negara maju lainnya, terutama dengan berbagai perubahan kebijakan dan masalah utang,” kata Kashkari. Ia menambahkan, “kita belum tahu bagaimana ini semua akan berakhir.”

Pasar Safe Haven Diuji

Kekhawatiran akan keberlanjutan keuangan pemerintah menjadi sorotan utama karena pasar obligasi AS selama ini berperan sebagai safe haven global. Namun, peran ini kini dipertanyakan mengingat kemungkinan bahwa pasar tidak lagi mampu menyerap suplai besar obligasi negara secara mulus, terlebih jika kebijakan perdagangan terus mengganggu minat investor luar dan arus dolar ke pasar AS mulai tersendat.

Para analis di Evercore ISI menyebut bahwa tema “jual-Amerika” yang tampak di pasar hari itu seperti obligasi, saham, dan dolar AS semuanya terpantau melemah menyusul penurunan peringkat Moody’s. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran preferensi investor global yang lebih luas, dipicu oleh tarif era Trump dan guncangan geoekonomi lainnya. “Fakta bahwa saat ini obligasi dan dolar AS tidak lagi menjadi tempat berlindung justru sangat mencolok dan mengurangi sebagian daya tariknya ke depan,” ujar mereka.

Namun, tidak semua pihak melihat dampaknya akan signifikan. Analis dari Barclays kepada klien menyebutkan bahwa “kami memperkirakan dampak downgrade Moody’s hanya akan terbatas.”

Kebijakan The Fed: Masih Menunggu

Seiring dengan meningkatnya ketidakpastian, para pejabat The Fed juga masih menahan keputusan soal kebijakan suku bunga. John Williams menyatakan bahwa perekonomian AS berada dalam kondisi yang “cukup baik” dengan kebijakan suku bunga saat ini yang “sudah berada di posisi tepat” untuk merespons perkembangan ke depan.

Sementara itu, Raphael Bostic mengindikasikan bahwa ia kini hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini, karena proses penurunan inflasi menuju target 2% kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan awal.

Secara keseluruhan, penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh Moody’s mencerminkan akumulasi kekhawatiran pasar terhadap ketahanan fiskal jangka panjang dan arah kebijakan ekonomi ke depan. Meskipun The Fed tetap menjaga nada hati-hati dan menegaskan bahwa kondisi ekonomi saat ini masih relatif stabil, meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan dan gejolak dalam daya tarik aset-aset dolar AS menandai pergeseran sentimen global. Dengan biaya pinjaman yang berpotensi naik dan persepsi risiko yang berubah, investor kini dihadapkan pada dilema antara mempertahankan eksposur terhadap aset AS atau mulai merancang strategi diversifikasi yang lebih agresif.

Dalam lanskap global yang semakin tidak pasti, kredibilitas fiskal dan arah kebijakan moneter AS akan menjadi penentu utama dalam menjaga posisi dominan dolar dan daya tarik pasar keuangan Amerika ke depan.