(Vibiznews-Forex) – Poundsterling dalam pair GBPUSD bergerak mundur dari posisi tertinggi 3 tahun lebih pada perdagangan forex sesi Eropa hari Rabu (21/5/2025) yang dicapai pada sesi Asia.
Poundsterling memangkas kenaikan sebelumnya dan stabil di sekitar $1,3400, setelah sempat mencapai $1,3469 yang merupakan level terkuatnya sejak Februari 2022.
Lonjakan poundsterling setelah rilis data inflasi Inggris yang lebih tinggi dari perkiraan, dimana inflasi tahunan meningkat menjadi 3,5% pada bulan April.
Data tersebut mencapai level tertinggi sejak Januari 2024 dan melampaui perkiraan pasar sebesar 3,3% dan proyeksi Bank of England sebesar 3,4%, yang sebagian didorong oleh kenaikan batas harga energi Ofgem dan Bea Cukai Kendaraan yang lebih tinggi.
Inflasi jasa naik menjadi 5,4% dari 4,7%, yang menunjukkan tekanan harga dasar yang terus berlanjut.
Merespon data tersebut, ekspektasi pasar untuk pelonggaran lebih lanjut telah bergeser, dengan hanya satu pemotongan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin yang sekarang sudah diperhitungkan pada akhir tahun, dan kemungkinan pemotongan pada bulan Agustus turun menjadi 40% dari 60%.
Awal bulan ini, BoE memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam keputusan terpisah di antara para pembuat kebijakan. Pada hari Selasa, Kepala Ekonom BoE Huw Pill, yang memilih untuk menahan, menyatakan kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin turun terlalu cepat.
Secara teknikal menurut analis Vibiz Research Center pasangan GBPUSD berpotensi masih menguat dari skala H4, meski pair GBPUSD berbalik turun dari resisten lemahnya.
Kini pair berada di posisi 1.3412 yang terkoreksi turun kembali ke posisi terendah di 1.3375, dan jika tembus akan meluncur terus ke support kuatnya di 1.3352.
Namun jika tidak sampai turun ke 1.3390 akan memantul kembali ke posisi 1.3468, jika berhasil akan lanjut ke posisi resisten lanjutan di 1.3480.



