(Vibiznews – Forex) Indeks dolar AS turun terendah dalam 2 minggu dan ditutup melemah pada hari Rabu, tebebani kekhawatiran RUU pemotongan pajak dan belanja pemerintahan Trump yang masih dalam kebuntuan, dan juga masih tertekan penurunan peringkat kredit AS.
Indeks dolar AS ditutup turun 0,28% pada 99,68.
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan anggota DPR dari Partai Republik pada hari Selasa dan gagal meyakinkan para penentang partainya untuk mendukung RUU pajaknya yang luas. Menurut Ketua DPR Mike Johnson, kelompok penentang dari Partai Republik berpendapat bahwa RUU tersebut tidak cukup memangkas belanja.
Moody’s Ratings pada akhir Jumat lalu menurunkan peringkat kredit pemerintah AS dari Aaa menjadi Aa1, dengan alasan defisit anggaran yang membengkak dan masalah fiskal. Penurunan peringkat tersebut mempertanyakan status dolar sebagai mata uang cadangan global dan dapat mendorong beberapa investor untuk mengurangi aset dolar mereka.
Namun kerugian dolar AS dikurangi oleh imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 5% untuk pemotongan suku bunga -25 bp setelah pertemuan FOMC pada tanggal 17-18 Juni.
Malam nanti akan dirilis data jobless claim AS minggu lalu yang diindikasikan meningkat.
Juga akan dirilis data Existing Home Sales April AS yang diindikasikan meningkat.
Juga akan ada pernyataan dari pejabat Fed Williams.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks dolar AS dapat bergerak turun jika RUU Pajak dan Belanja yang diusulkan Presiden Trump masih dalam kebuntuan. Juga tekanan masih datang dari pemangkasan peringkat kredit AS. Namun jika data Existing Home Sales April terealisir naik, dan pernyataan pejabat Fed memberikan sinyal hawkish bagi kebijakan suku bunga, akan dapat menguatkan dolar AS. Indeks dolar AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Support 99,34-99,01. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance 100,00-100,33.
